
Setelah Belasan Tahun, Akhirnya RI Tak Lagi 'Dijajah' China

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Perdagangan, optimism Jokowi akan terciptanya surplus dengan China bukan hal yang mustahil meskipun sangat berat.
Secara historis, neraca perdagangan Indonesia dengan China lebih sering membukukan surplus. Namun, tren tersebut berakhir pada 2007.
Sejak diluncurkannya ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) pada 2004, surplus Indonesia terus menipis bahkan tekor mulai 2008.
Salah satu kesepakatan ACFTA adalah menghapus tarif untuk 94,6% dari semua jalur tarif untuk ekspor asal Indonesia ke China. Kesepakatan tersebut membuat impor dari Negara Tirai Bambu mengalir deras.
Di antara komoditas yang diimpor dari China dalam jumlah besar adalah mesin dan peralatan elektronik, pesawat telekomunikasi, mesin otomastis pengolah data, serta bahan obat-obatan dan kesehatan.
Pada 2003 atau sebelum ACTFA berlaku, nilai ekspor Indonesia ke Beijing mencapai US$ 5,75 miliar sementara impor dari mereka sebesar US$ 4,48 miliar. Artinya, Indonesia masih membukukan surplus sebesar US$ 1,17 miliar.
Empat tahun setelah ACFTA berlaku, Indonesia sudah membukukan defisit sebesar US$ 3,61 miliar pada 2008. Defisit dagang China terus melambung hingga mencapai puncaknya pada 2018 yakni US$ 18,41 miliar pada 2018.
China bahkan mengambilalih Jepang sebagai mitra dagang terbesar RI pada 2013.
Pada kondisi normal atau sebelum Covid-19 pada 2019, nilai ekspor Indonesia ke China mencapai S$ 27,96 miliar sementara impor menembus US$ 44,93 miliar. Artinya, impor dari China melonjak 902,9% sementara ekspor melonjak 681,4% sejak ACFTA berlaku hingga pada 2019 atau selama 16 tahun.
Defisit anjlok pada 2020 menjadi US$ 7,85 miliar dan tersisa US$ 2,46 miliar pada 2021. Selain karena melemahnya perekonomian China akibat Covid-19, defisit menyusut karena melonjaknya ekspor Indonesia ke China. Ekspor melonjak 20,31% menjadi US$ 53,77 miliar pada 2022 dari US$ 31,78 miliar.
Nilai perdagangan kedua negara bahkan menembus US$ 100 miliar pada 2021 untuk pertama kalinya dalam sejarah. Nilai perdagangan kedua negara kemungkinan besar akan kembali melewati US$ 100 miliar pada tahun ini. Menarik ditunggu apakah, apakah tahun ini Indonesia yang menang atas China dan mengakhiri tren buruk defisit perdagangan dengan Beijing.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]