
Banyak 'Malapetaka' di Eropa, ECB Bakal Jadi Penyelamat?

Kekhawatiran resesi di Eropa kian nyata, kondisi ini membuat aktivitas ekonomi menurun. PMI Manufacturing zona Euro melandai menjadi 49,6 pada Agustus dari 49,8 untuk bulan Juli. Artinya, PMI zona Euro ini sudah keluar dari zona ekspansif selama dua bulan beruntun.
Pada akhirnya, pembuat kebijakan akan memilih perang melawan inflasi dengan menaikkan suku bunga jumbo pada setiap pertemuan yang tersisa tahun ini, mendorong naikknya biaya pinjaman untuk pemerintah, perusahaan, dan rumah tangga, bahkan ketika keuangan sudah menjadi lebih ketat.
Komisi Eropa untuk Ekonomi Paolo Gentilon dalam closing speech pada Bruegel Annual Meetings 2022, Rabu (7/9/2022), mengatakan 2022 menjadi tahun yang berat bagi Eropa.
"Kita mungkin akan menuju musim dingin paling menantang selama beberapa generasi. Semua alert menunjukkan warna merah mulai dari harga energi inflasi, sentimen ekonomi juga menuju arah yang salah," tutur Gentilon, dilansir dari website Komisi Eropa.
"Ketidakpastian masih sangat tinggi dan risiko resesi meningkat. Outlook ekonomi akan sangat tergantung pada kondisi pasar energi," imbuhnya.
Sebuah survei yang dirilis Senin (5/9/2022) menunjukkan krisis biaya hidup yang meningkat dan proyeksi yang suram membuat konsumen waspada terhadap pengeluaran. Zona Euro hampir pasti memasuki resesi.
Meskipun ada beberapa penurunan tekanan harga, menurut survei, nilainya tetap tinggi dan Bank Sentral Eropa (ECB) berada di bawah tekanan karena inflasi berjalan lebih cepat dari target 2%, mencapai rekor pada bulan lalu.
Dalam jajak pendapat Reuters minggu lalu, hampir setengah dari ekonom yang disurvei mengatakan mereka memperkirakan kenaikan suku bunga 75 basis poin (bps) yang belum pernah terjadi sebelumnya dari ECB minggu ini, sementara banyak juga yang memperkirakan kenaikan suku bunga 50 bps.
Sinyal ECB yang bakal agresif juga disampaikan oleh pejabatnya yaitu Isabel Schanabel dalam pidatonya di Simposium Tahunan Jackson Hole Wyoming.
Melansir CNBC International, Isabel memberikan clue bahwa inflasi di Zona Euro bisa tembus 10% sehingga kenaikan suku bunga acuan dengan besaran jumbo 75 bps sangatlah mungkin.
Kekhawatiran resesi saat ini sudah ada di depan mata seiring dengan inflasi yang perlu dikendalikan. Inflasi yang lebih tinggi akan makin membebani permintaan, menyeret turun pertumbuhan, dan mendorong zona euro ke dalam resesi musim dingin ini.
Kini, Eropa pun menghadapi prospek menaikkan suku bunga secara agresif saat ekonomi memasuki penurunan.
Saat ini kenaikan suku bunga diharapkan dapat memerangi inflasi dan menjaga nilai tukar euro. Akan tetapi sejumlah negara tampaknya ikut cemas atas potensi dampak negatif yang dapat membebani ekonomi dan mendorong ke jurang resesi. Memang resesi akan menyakitkan, tetapi masih lebih baik dibandingkan inflasi yang lepas kendali dan mendarah daging, perekonomian bisa mengalami kemerosotan dalam waktu yang panjang.
Ketika resesi terjadi, dan diikuti dengan penurunan inflasi, maka perlahan-lahan perekonomian diharapkan bisa pulih kembali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/aum)