BLT ala Jokowi dan SBY, Mana yang Paling Efektif?

Maesaroh, CNBC Indonesia
07 September 2022 13:55
Presiden Joko Widodo didampingi Ibu Iriana Joko Widodo menyerahkan bantuan langsung tunai (BLT) bahan bakar minyak (BBM) untuk pertama kalinya di Kantor Pos Cabang Sentani, Kabupaten Jayapura, pada Rabu, 31 Agustus 2022. (Dok: Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Joko Widodo didampingi Ibu Iriana Joko Widodo menyerahkan bantuan langsung tunai (BLT) bahan bakar minyak (BBM) untuk pertama kalinya di Kantor Pos Cabang Sentani, Kabupaten Jayapura, pada Rabu, 31 Agustus 2022. (Dok: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Pada 2008, Presiden SBY kembali menaikkan BBM sebesar 28% pada Mei 2008. Pemerintah kembali menyalurkan BLT seesar Rp 100.000/bulan selama tujuh bulan (Juni-Desember 2008). BLT diberikan kepada 18,87 juta RTS.

Pada 2013, Presiden SBY kembali menaikkan harga BBM sebesar 30% pada Juni 2013. Untuk memitigasi dampak kenaikan harga BBM, pemerintah memberikan BLSM sebesar Rp 150.000/bulan kepada 15,5 juta RTS. Bantuan diberikan selama empat bulan.

Selain BLSM, pada tahun 2013, pemerintah juga mengalokasikan anggaran lain untuk kompensasi kenaikan harga BBM berupa infrastruktur dasar (Rp6 triliun) serta Bantuan Siswa Miskin sebesar Rp 7,5 triliun masing-masing sebesar Rp 450.000 untuk SD/sederajat dan Rp 750.000 untuk SMP.

Bantuan lainnya adalah untuk Program Keluarga Harapan (Rp 700 miliar) dan beras miskin (Rp 4,3 triliun).


Bank Dunia dalam laporannya BLT Temporary Uncondiotinal Cash Transfer dan Protecting Poor and Vulnerable Households in Indonesia mengatakan BLT pada tahun 2005 dan 2008 terbukti efektif dalam meningkatkan perlindungan sosial ke masyarakat di tengah kenaikan harga.

BLT juga sudah mengena kepada sasaran utama yakni 40% dari masyarakat Indonesia yang paling rentan. BLT pada 2008 juga terbukti efektif melindungi masyarakat miskin dalam menemukan bantalan konsumsi karena pada tahun tersebut ada lonjakan harga komoditas internasional.

Laporan tersebut juga membalikkan anggapan jika BLT membuat masyarakat malas. BLT justru banyak dimanfaatkan untuk menciptakan lapangan kerja juga membantu biaya sekolah anak-anak.

"BLT efektif memberi perlindungan kepada rumah tangga miskin dari dampak kenaikan harga BBM dan memungkinkan mereka memenuhi kebutuhan dasar mereka, terutama makanan," tutur World Bank.


Namun, laporan tersebut mengingatkan bahwa BLT tidak efektif untuk menekan angka kemiskinan. Angka kemiskinan tetap meningkat tajam usai kenaikan harga BBM. 

Kenaikan BBM dua kali dalam setahun pada 2005 bahkan langsung melambungkan angka kemiskinan pada tahun berikutnya. Pada 2006, jumlah penduduk miskin tercatat 39,3 juta, melonjak dibandingkan pada 2005 yang tercatat 35,10 juta.

"BLT hanya memberikan perlindungan sementara. BLT menggantikan harga barang yang naik. Dalam jangka pendek, BLT bisa menekan kemiskinan jika diberikan dalam waktu yang sangat tepat dengan durasi yang tepat pula. Namun, dalam jangka panjang, BLT tidak tepat," tambah World Bank.

SMERU Research Institute dalam laporan Kajian Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) 2008 dan Evaluasi Penerima Program BLT 2005 di Indonesia mengatakan BLT banyak dimanfaatkan untuk konsumsi langsung.

Pencairan BLT 2005 tahap pertama berdekatan dengan Lebaran, sebagian besar penerima menggunakannya untuk membeli pakaian. Untuk BLT yang dicarikan pada 2008, masyarakat banyak memanfaatkannya untuk konsumsi dan bayar utang, mayoritas responden, ongkos transportasi dan biaya sekolah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular