Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks harga pangan (Food Price Index) yang dirilis oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) turun ke 138 pada Agustus 2022 dari 140,7 bulan sebelumnya. Lalu bagaimana perkembangan sembako dalam negeri? apalagi pasca kenaikan harga BBM bersubsidi yang diperkirakan membuat harga pangan melambung.
Berdasarkan laporan yang dirilis FAO pada 2 September, meskipun turun Indeks harga pangan tersebut masih 7,8% lebih tinggi dibandingkan Agustus 2021. Tetapi, dengan penurunan tersebut, maka indeks harga 'sembako' global sudah melanda selama lima bulan beruntun.
Indeks harga pangan dunia sempat melesat ke level 159,7 pada Maret 2022 dan menjadi level tertinggi yang pernah dicatat FAO sejak 1990.
Dalam laporannya, FAO mencatatkan penurunan indeks didorong oleh melandainya lima komoditas pangan. Kendati demikian, bagaimana kondisi pangan dalam negeri? Akankah mengekor indeks harga pangan dunia yang mulai melandai?
Apalagi seperti yang diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya memutuskan menaikkan harga BBM jenis RON 90 atau Pertalite naik dari Rp 7.650/liter menjadi Rp 10.000/liter. Sementara itu, harga minyak diesel atau Solar naik dari Rp 5.150/liter ke Rp 6.800/liter.
Sejalan keputusan ini, harga BBM jenis RON 92 atau Pertamax juga naik dari Rp 12.500/liter menjadi Rp 14.500/liter. Dampak kenaikan dari harga BBM ini tentunya akan mengerek naik harga bahan pokok dan barang penting.
Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Ramli mengatakan kenaikan harga BBM akan membawa dampak serius terhadap harga pangan. Dampak tersebut timbul karena rentetan panjang dari imbas kenaikan harga BBM, termasuk meroketnya ongkos logistik dan transportasi.
"Dampak kenaikan harga ini mendekati 15% secara tahunan. Ini saya ngomongin inflasi makanan ya. Biaya transportasi naik dan barang juga naik. Rentetannya panjang," tutur Rizal Ramli, dalam dialog Profit di CNBC Indonesia, Senin (5/9/2022).
Adapun, inflasi inti diproyeksi akan berada pada kisaran 4-6% pada akhir tahun 2022. Sementara itu, inflasi bahan makanan masih tercatat tinggi pada bulan Agustus yakni 8,55% (yoy) dan ini akan semakin tinggi.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, tingkat inflasi tahunan Indonesia pada Agustus 2022 sebesar 4,69% (year-on-year/yoy). Tingkat inflasi ini menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang sempat mencatatkan rekor tertinggi sejak 2015.
Data BPS menunjukkan, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau masih mengalami inflasi tahunan terbesar, yakni 7,73% (yoy).
Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga pada Agustus 2022, antara lain bawang merah, cabai merah, cabai rawit, minyak goreng, daging ayam ras, tomat, ikan segar, jeruk, bawang putih, kacang panjang, ketimun, buncis, tarif angkutan udara, dan emas perhiasan.
Sementara komoditas yang mengalami kenaikan harga, antara lain adalah telur ayam ras, beras, rokok kretek filter, air kemasan, bahan bakar rumah tangga, kontrak rumah, tarif listrik, sewa rumah, bensin, uang kuliah akademi/PT, uang sekolah SD, uang sekolah SMP, dan uang sekolah SMA.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Sembako Dalam Negeri Mulai Turun Sih, Tapi Waspada Kenaikan
Inflasi kelompok volatile atau harga bergejolak menjadi momok utama Indonesia pada tahun ini. Sepanjang Maret-Juli, kelompok volatile menjadi penyumbang utama inflasi Indonesia. Laju inflasi volatile bahkan jauh di atas laju inflasi umum.
Sejumlah bahan pangan bergantian menjadi pemicu inflasi kelompok harga bergejolak mulai dari minyak goreng, cabai rawit, cabai merah, kedelai, bawang merah, hingga telur ayam ras.
Pada Agustus 2022, komponen harga bergejolak atau volatile memang mencatatkan deflasi sebesar 2,90% (month to month/mtm). Deflasi terjadi setelah inflasi melambung pada lima bulan sebelumnya.
Hingga hari ini Rabu (7/9/2022) berdasarkan pantauan Tim Riset CNBC Indonesia pada website Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, beberapa jenis komoditas masih mengalami penurunan.
Komoditas | Harga (Rp/Kg) | Perubahan (%) | Perubahan (Rp) |
Cabai Merah Keriting | 69.900 | -2,71% | 1.950 |
Cabai Rawit Hijau | 47.650 | -8,54% | 4.450 |
Cabai Rawit Merah | 62.400 | -3,78% | 2.450 |
Telur Ayam Ras | 31.950 | +3,23% | 1.000 |
Bawang Merah Sedang | 35.000 | +4,37% | 1.600 |
Minyak Goreng Curah | 14.650 | +0,34 | 50 |
Minyak Goreng Kemasan Bermerk 1 | 23.650 | -3,5 | 800 |
Minyak Goreng Kemasan Bermerk 2 | 22.750 | -8,08% | 1.700 |
Gula Pasir Lokal | 14.500 | -0,35% | 50 |
Gula Pasir Kualitas Premium | 16.050 | -1,26% | 200 |
Daging Sapi Kualitas 1 | 133.500 | -2,8% | 3.850 |
Daging Sapi Kualitas 2 | 123.800 | +3,36% | 4.300 |
Bawang Putih Sedang | 27.900 | +2,45% | 700 |
Daging Ayam Ras Segar | 33.850 | +2,03% | 700 |
Sumber : PIHPS Nasional Per 7 September 2022
Sementara itu, selain pantauan melalui PIHPS, Tim Riset CNBC juga melakukan pemantauan melalui website Badan Pangan Nasional terkait harga rata-rata komoditas seperti beras premium, beras medium, cabai merah, cabai rawit, gula pasir mengalami kenaikan, sementara daging ayam ras dan telur ayam ras turun.
Berikut harga rata-rata beberapa komoditas pangan sejak 1 Agustus - 7 September 2022.
Komoditaas | Harga (Rp/Kg) | Perubahan (%) | Perubahan (Rp) |
Beras Premium | 12.490 | +0,48% | +60 |
Beras Medium | 10.920 | +0,28% | +30 |
Bawang Putih Bonggol | 25.530 | -0,62% | -160 |
Cabai Merah Keriting | 69.360 | +1,40% | +960 |
Daging Ayam Ras | 34.370 | -0,41% | -140 |
Tepung Terigu (Curah) | 10.680 | +0,19% | +20 |
Telur Ayam Ras | 29.490 | -0,47% | -140 |
Minyak Goreng Curah | 13.840 | -0,22 | -30 |
Bawang Merah | 33.750 | -0,15% | -50 |
Cabai Rawit Merah | 60.790 | +2,01% | +1.200 |
Daging Sapi Murni | 134.180 | +0,61% | +820 |
Gula Pasir | 14.350 | +0,07% | +10 |
Minyak Goreng Kemasan Sederhana | 18.690 | -1,06% | -200 |
Sumber : Badan Pangan Nasional Per 7 September 2022
Kenaikan kembali harga cabai merah keriting ini menjadi kabar buruk mengingat komoditas tersebut belum lama menjadi penyumbang inflasi setelah harganya meroket pada pertengahan Juni-Juli 2022.
Bukan tanpa alasan, pada 13 Juni, harga cabai merah keriting masih dibanderol Rp 69.650 tetapi kemudian melonjak hingga menembus Rp 90.350 pada 12 Juli 2022. Kenaikan harga cabai merah keriting pada periode tersebut dipicu oleh berkurangnya pasokan akibat gangguan cuaca.
Harga cabai rawit merah yang sempat turun kini juga merangkak lagi. Cabai rawit merah hari ini dibanderol Rp 69.360 per kg. Harganya naik 1,4% hari ini.
Sebagai catatan, harga cabai sempat menyentuh Rp 100.000 per kg pada pertengahan Juli tetapi terus melandai pada Agustus hingga dijual Rp 60.150 pada akhir Agustus lalu. Bersama cabai merah keriting, cabai rawit merupakan penyumbang utama inflasi pada Juni dan Juli tahun ini.
Harga minyak goreng curah sudah melandai turun 0,22% ke harga Rp 13.840 per kilogram hari ini. Harga tersebut mendekati Harga Eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah yakni Rp 14.000 per liter.
Sementara itu, harga telur ayam ras sudah turun 0,47% ke Rp 29.490 di seluruh Provinsi. Harga beras juga terpantau naik tipis. Hari ini, harga beras medium dijual di harga Rp 10.920, naik 0,28% dibandingkan hari sebelumnya.
Kepala Badan Pusat Statistik Margo Yuwono bahkan secara khusus menggarisbawahi kenaikan harga beras pada pengumuman inflasi Agustus, pada pekan lalu. Dalam perhitungan bobot inflasi, beras merupakan penyumbang inflasi terbesar dibandingkan komoditas lain.
"Harga beras sudah naik pada Agustus. Beras mengalami inflasi sebesar 0,54% pada Agustus. Andil inflasiinya 0,016%. Pergerakan harganya perlu diperhatikan karena beras bobotnya besar," tutur Margo, saat konferensi pers, Kamis (1/9/2022).
Harga bawang merah juga sudah melandai turun 0,15% ke Rp 33.750 hari ini. Diketahui, harga bawang merah sempat berada di atas Rp 60.000 per kg sejak awal Juli hingga awal Agustus 2022.
Adapun komoditas yang sangat rentan mengalami kenaikan yakni bawang merah dan cabai. Sebab, komoditas itu mudah busuk. Apalagi, sentra pertanaman tiga komoditas pangan itu jauh dari perkotaan yang membutuhkan transportasi.
Oleh sebab itu, pasca kenaikan harga BBM ini bisa dipastikan akan berdampak pada kenaikan harga pangan pokok masyarakat secara nasional.
TIM RISET CNBC INDONESIA