Sarasehan 100 Ekonom

Sri Mulyani Tantang Ekonom Ramal Harga Minyak Tahun Depan

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
Rabu, 07/09/2022 11:43 WIB
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tak segan-segan menantang para ekonom Indonesia untuk meramal besaran harga minyak mentah dunia pada tahun depan.

Berbicara di acara 'Sarasehan 100 Ekonom Indonesia 2022' CNBC Indonesia, Sri Mulyani mengatakan, outlook harga minyak mentah dunia pada tahun depan masih penuh ketidakpastian.

Hal ini dikatakannya saat berbicara terkait rencana anggaran subsidi tahun depan. Dia mengatakan, anggaran subsidi 2023 masih dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dia menyebut, sejauh ini anggaran subsidi pada 2023 diperkirakan masih lebih dari Rp 340 triliun dengan asumsi harga minyak di kisaran US$ 90 per barel.


"(Anggaran) tahun depan bicara dengan DPR belum selesai, subsidi yang akan disediakan masih signifikan lebih dari Rp 340 triliun dan berasumsi harga minyak kisaran US$ 90 (per barel), tentu melihat ketidakpastian outlook harga minyak. Proyeksi minyak Anda tahun depan seperti apa? Ngitungnya gimana? saya pengen tahu saja," tuturnya di depan para ekonom di acara 'Sarasehan 100 Ekonom 2022' CNBC Indonesia, Rabu (07/09/2022).

Sri Mulyani mengatakan, Kementerian Keuangan menggunakan data dari lembaga kredibel di bidang minyak terkait prediksi harga minyak mentah dunia, seperti International Energy Agency (IEA) hingga konsensus Bloomberg.

"Di Kemenkeu menggunakan data dari agency yang autoritatif di bidang minyak seperti International Energy Agency, mereka akan proyeksikan seperti apa dan Bloomberg konsensus, tapi paling tidak dua faktor dominan yang mempengaruhi harga minyak dan komoditas tahun depan," paparnya.

Namun dia mengatakan, bila outlook negara maju masuk ke resesi, tapi permintaan minyak turun, maka harga minyak dunia diperkirakan tidak akan mencapai US$ 100 per barel.

"Kalau seandainya outlook negara maju itu masuk resesi tapi permintaan ke minyak turun, maka dengan turun, pressure ke harga akan diperkirakan atau diharapkan menurun. Harga tidak akan mencapai US$ 100 (per barel)," tuturnya.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran-Israel Memanas, RI Hadapi Risiko Kenaikan Harga Minyak