Harga Pertamax Naik, Migrasi ke Pertalite Masih Akan Terjadi
Jakarta, CNBC Indonesia - Perpindahan konsumen dari Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax (RON 92) ke Pertalite (RON 90) diperkirakan masih akan terjadi meski harga bensin Pertalite telah dinaikkan menjadi Rp 10.000 per liter.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai migrasi ke bensin Pertalite ini masih akan terjadi karena harga BBM non subsidi Pertamax juga dinaikkan menjadi Rp 14.500 per liter dari sebelumnya Rp 12.500 per liter. Dengan demikian, selisih harga Pertalite dan Pertamax bukannya menyempit, malah masih jauh yakni mencapai Rp 4.500 per liter.
Menurutnya, kenaikan harga Pertalite seharusnya ditujukan agar konsumen Pertamax tidak beralih menggunakan Pertalite. Mengingat, selisih harga jual kedua produk tersebut akan semakin kecil bila harga Pertamax tidak naik.
"Akibatnya, orang tetap bergeser ke Pertalite," kata Bhima kepada CNBC Indonesia, Senin (5/9/2022).
Lebih lanjut, Bhima menyebut pembatasan pembelian Pertalite idealnya dilakukan ketika harga BBM dalam kondisi rendah yakni sebelum tahun 2020, di mana harga Pertamax pada saat itu Rp 9.000 per liter dan Pertalite Rp 7.650 per liter. Namun jika diterapkan saat ini, pemerintah sudah kehilangan momentum.
Di samping itu, pembatasan pembelian BBM jenis Pertalite menggunakan aplikasi MyPertamina juga dinilai akan lebih sulit, khususnya untuk memastikan siapa yang berhak menerima. Hal ini dikarenakan masyarakat miskin sangat sedikit sekali dalam mengoperasikan aplikasi.
"Orang gak terima, nanti petugas SPBU gak siap hadapi komplain. Udah antri panjang, misalnya ini kok ada technical error, padahal saya berhak menerima. Kalau gak disiapkan khawatir di SPBU-nya," ujar Bhima.
(wia)