
Terungkap! Kenaikan Suku Bunga BI Sudah Hitung Harga Baru BBM

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) akhirnya buka suara soal kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi yang telah diumumkan pada Sabtu lalu (3/9/2022).
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo memastikan kenaikan harga BBM akan mendorong inflasi melebihi kisaran sasarannya. Menurutnya, dampak lanjutannya ke harga barang lain (second round impact) dan ekspektasi inflasi perlu dimitigasi.
"Untuk ini, BI telah melakukan respons preemptive berupa normalisasi kebijakan moneter termasuk kenaikan suku bunga kebijakan pada RDG terakhir," tegas Dody kepada CNBC Indonesia, Senin (5/9/2022).
Dari sisi pasokan, dia menuturkan BI terus bersinergi dengan pemerintah untuk memastikan ketersediaan dan menjaga harga pangan tetap stabil melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan atau GNPIP.
"Inflasi pangan kita harapkan dapat berada di kisaran 5% dengan perbaikan pasokan, pemetaan surplus defisit yang lebih baik, kerjasama antar daerah dan operasi pasar yang lebih efektif," ujarnya.
Dengan langkah-langkah ini dan pengalihan subsidi menjadi lebih tepat sasaran, dia yakin daya beli dapat dijaga, konsumsi tetap tumbuh dan pemulihan ekonomi berlanjut.
Ke depan, lanjutnya, BI akan terus melakukan kalibrasi bauran kebijakan, termasuk suku bunga, terus dilakukan memitigasi risiko eksternal dan domestik.
Kalibrasi ini akan dilakukan dengan besaran dan timing yang sesuai, guna memastikan stabilitas tetap terjaga dan pemulihan terus berlanjut.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan inflasi tahun ini kemungkinan akan melaju lebih tinggi dari batas atas 4%. Bahkan, dia melihat inflasi bisa mendekati kisaran 5% pada tahun ini.
"Secara keseluruhan memang kita perlkirakan inflasi tahun ini kemungkinan besar akan lebih tinggi dari batas atas 4 persen. Kemudian bisa mendekati sekitar 5 persen akhir tahun ini," kata Perry dalam rapat kerja Pemerintah, BI, dan OJK dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (31/8/2022).
(haa/haa) Next Article BI Ramal Inflasi RI Tetap Tinggi pada 2023, Tembus di Atas 4%