Ada Malapetaka di Eropa, RI Bakal Untung atau Buntung?

hadijah, CNBC Indonesia
Jumat, 02/09/2022 12:15 WIB
Foto: REUTERS/ERIC GAILLARD

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah China, kini giliran Eropa yang diterjang oleh gelombang panas. Kondisi kekeringan disertai hawa panas dimulai sejak Mei telah membuat sungai-sungai di Eropa, khususnya Prancis dan Italia, kering kerontang.

Sejak Juni hingga Agustus 2022, rekor temperatur udara tembus hingga 47 derajat celcius di Pinhao, Portugal pada 14 Juli 2022. Gelombang panas ini bahkan menimbulkan evakuasi dan kematian.


Di Prancis, Sungai Loire bahkan terlihat permukaannya dan menyebabkan manusia bisa menyeberang, berjalan kaki, dengan mudah di beberapa tempat.

Kejadian yang sama juga terjadi di Sungai Rhine, Jerman dan Sungai Po Italia. Gelombang panas ini diperkirakan masih akan berlangsung pada 2023.

Bagaimana dampaknya terhadap ekonomi Indonesia?

Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Fajar B. Hirawan mengungkapkan kekeringan di Eropa tidak akan terlalu berdampak besar terhadap ekonomi RI, termasuk di jalur perdagangan.

Pasalnya, pangsa ekspor Eropa ke Indonesia terbilang kecil. Selain itu, ekspor dari Eropa umumnya didominasi oleh barang teknologi jadi.

"Di sisi lain, kalau bicara impor RI dari Eropa bukan barang komoditas pertanian," paparnya.

Namun, dia melihat fenomena bencana iklim yang mulai meningkat di beberapa negara patut diwaspadai. Persoalan iklim ini, lanjutnya, merupakan hal yang sulit dikendalikan.

Oleh karena itu, pemerintah dan berbagai pihak harus mengambil langkah konkrit terkait dengan transisi energi dan ekonomi hijau yang saat ini masuk ke dalam topik bahasan di G20.


(haa/haa)