Agustus Deflasi Tapi RI Belum Aman, Lihat Data Ini!
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi 0,21% pada Agustus 2022, setelah harga cabai merah, bawang merah dan cabai rawit melandai.
"Deflasi ini merupakan yang terdalam sejak September 2019, dimana pada September 2019 terjadi 0,27%," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono, Kamis (1/9/2022).
Kendati deflasi, inflasi tahunan masih tinggi, yakni sebesar 4,69% atau turun dari bulan sebelumnya yang mencapai 4,94%. Sementara itu, jika dikaji lebih dalam, inflasi bahan pangan yang menjadi biang kerok kenaikan inflasi di Juli lalu, tercatat tetap tinggi.
Inflasi pangan bergejolak pada Agustus 2022 sebesar 8,93% secara tahunan (yoy), turun dibandingkan 11,47% (yoy) pada Juli 2022. "Dari komponen harga bergejolak masih ada komoditas yang mengalami inflasi, yaitu beras dan telur ayam ras," ujar Margo.
Kemudian, komponen inti pun masih mengalami inflasi sebesar 3,04% (yoy). Inflasi inti ini meningkat dari bulan sebelumnya dipicu oleh baiknya permintaan masyarakat. Selanjutnya, komponen harga yang diatur pemerintah tampak mengalami inflasi 6,84% (yoy).
Margo mengungkapkan inflasinya meningkat secara konsisten. "Jadi yang mengalami tren peningkatan konsisten yaitu inflasi pada komponen harga yang diatur pemerintah," ungkapnya.
Untuk inflasi pangan bergejolak, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) menaruh perhatian khusus karena lajunya yang sempat meningkat double digit pada Juli 2022.
BI menargetkan inflasi pangan pada kisaran 5% di akhir tahun ini, turun dari 11,47% pada Juli 2022.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengungkapkan bahwa laju inflasi volatile food bisa diturunkan ke level kisaran 5-6%, maka perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) bisa dijaga di angka 4%.
Akan tetapi, BI mengakui bahwa hal tersebut tidak mudah dilakukan karena situasi masih dinamis. "Kita melihat ke depan tantangan inflasi pangan masih cukup tinggi, khususnya karena globalnya," katanya.
(haa/haa)