
Bali Compact Jadi Jalan 'Mulus' Percepat Energi Hijau

Bali, CNBC Indonesia - Para anggota G20 saat ini intensif membahas tiga pilar utama transisi energi, yaitu akses, teknologi, dan pendanaan untuk percepatan transisi energi dan pencapaian tujuan global, baik Sustainable Development Goal 7 (SDG7) maupun pencapaian target pengendalian perubahan iklim.
Para anggota berdiskusi dalam forum transisi energi G20 yang ke-3, The 3rd Energy Transitions Working Group (ETWG), di Nusa Dua Bali. Nantinya hasil diskusi ini sebagai bahan dasar pertimbangan di pertemuan level Menteri pada Energy Transitions Ministerial Meeting (ETMM), Jumat, 2 September 2022.
"Semua negara G20 sepakat atas tiga pilar transisi energi. Ini tentu menjadi sinyal positif kepada komunitas global bahwa G20 memiliki ambisi dan komitmen sebagai bagian dari solusi atas masalah global," ujar Chair of ETWG, Yudo Dwinanda Priaadi saat melakukan konferensi pers ETWG-III di Hotel Grand Hyatt, Bali, Rabu (30/8).
Adapun solusi atas masalah global yang dimaksudkan oleh Yudo yakni mendukung pemulihan ekonomi global dari pandemi dan mempercepat kemajuan transisi menuju sistem energi yang lebih bersih secara berkeadilan. Kemudian mendorong tercapainya akses energi modern yang terjangkau, handal, dan berkelanjutan serta upaya menekan emisi global dan meningkatkan ketahanan energi untuk mitigasi berbagai resiko yang menyebabkan terganggunya kehandalan suplai dan ketidakstabilan pasar energi.
Di sisi lain, persidangan transisi energi G20 kali ini juga berhasil merumuskan prinsip-prinsip dasar dalam mempercepat transisi energi yang disebut Bali COMPACT. "Bali COMPACT merupakan prinsip dasar yang disepakati negara G20 dalam melaksanakan percepatan transisi energi," terang Yudo.
Prinsip dasar percepatan transisi yang dihasilkan di Bali, akan menjadi pondasi yang kokoh dan acuan bagi negara G20 dalam percepatan transisi energi yang dilakukan. Prinsip ini kemudian diterjemahkan dalam Bali Energy Transitions Road map dalam kerangka tiga pilar transisi energi dengan dukungan dari organisasi internasional yang menjadi knowledge partners ETWG.
Peta jalan ini akan menjadi kerangka aksi dalam proses percepatan transisi energi yang diinisaisi Indonesia dan diharapkan dapat dilanjutkan dan diperkaya oleh Presidensi G20 berikutnya yang secara berurutan dipegang oleh 3 (tiga) negara berkembang yaitu India, Brazil, dan Afrika Selatan.
Menyoal transisi energi di negara berkembang, Yudo mengatakan bahwa akselerasi energi hijau jangan sampai mengganggu pertumbuhan ekonomi.
"Transisi energi dilakukan secara berkeadilan dengan mempertimbangkan keterjangkauan harga, inklusifitas jenis energi dan teknologi, serta memastikan memberikan manfaat bagi semua kelompok masyarakat yang terdampak," kata Yudo.
"Maka dari itu, saat ini kita menyusun kesepakatan bersama dengan tetap mempertimbangkan situasi dan kondisi masing-masing negara bagaimana kolaborasi di G20 bisa terjadi secara sinergis," tambahnya.
(ras) Next Article Bali COMPACT, dari Bali untuk Energi Hijau Dunia