Eks Menkeu Buka Suara Soal 'Kegalauan' Tentukan Harga BBM
Jakarta, CNBC Indonesia - Bambang Brodjonegoro, Mantan Menteri Keuangan era Presiden Joko Widodo (Jokowi) angkat bicara mengenai kegalauan pemerintah menentukan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Menurutnya dalam kondisi sekarang, banyak aspek patut jadi pertimbangan.
Salah satunya adalah inflasi. Pada Juli 2022, inflasi sudah mencapai 4,94% year on year (yoy). Lonjakan inflasi didorong oleh harga pangan dengan kenaikan sebesar 11%. Apabila harga BBM dinaikkan, persoalan ini harus bisa diantisipasi.
"Segera fokus untuk tangani harga bergejolak ini. Ini yang membuat harus dikendalikan supaya masyarakat ketika ada kenaikan BBM tidak khawatir dengan kesulitan untuk mendapatkan pangan dan tidak merasa daya belinya tergerus signifikan," ungkapnya dalam program PROFIT CNBC Indonesia, Jumat (26/8/2022).
Komoditas yang patut menjadi perhatian adalah beras, cabai, bawang, telur, ayam, daging dan lainnya.
Bank Indonesia (BI), menurut Bambang sudah mengambil langkah tepat dengan menaikkan suku bunga acuan. Khususnya mengantisipasi lonjakan pada kelompok inflasi inti.
Selanjutnya, Bambang mengharapkan pemerintah juga fokus terhadap masyarakat yang terkena dampak langsung kenaikan harga. Khususnya warga miskin dan warga kelas menengah dengan pendapatan paling rendah.
Bagi kelompok miskin, bantuan sosial (bansos) yang sudah diterima sekarang, dinaikkan nominalnya. "Kalau kenaikan BBM terjadi pada saat ini, kita perlu top up. Dari pada tambah subsidi, lebih baik top up," imbuhnya.
Dalam hitungan pemerintah, apabila tanpa kenaikan harga BBM, maka akan ada penambahan subsidi sebesar Rp 196 triliun menjadi Rp 698 triliun. "Kalau dana itu menjadi bansos, itu akan bisa meredam kenaikan BBM," kata Bambang.
(mij/mij)