Andai Pertalite Naik Jadi Rp10.000/L, Ekonomi RI Nyungsep?

hadijah, CNBC Indonesia
26 August 2022 09:45
Aktivitas CFD di Bundaran HI (HI) Ditengah Ancaman Virus Corona (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Aktivitas CFD di Bundaran HI (HI) Ditengah Ancaman Virus Corona (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Isu hangat terkait rencana kenaikan harga Pertalite menjadi Rp10.000 menimbulkan kekhawatiran baru terhadap ekonomi Indonesia. Daya beli masyarakat ditakutkan tergerus sehingga menekan laju pertumbuhan ekonomi Tanah Air yang tengah melesat.

Ekonom dan Direktur Celios Bhima Yudhistira menegaskan bahwa kenaikan harga Pertalite jelas akan mempengaruhi ekonomi Indonesia dalam berbagai aspek.

"Kenaikan harga pertalite di level 10.000 per liter efeknya akan langsung dirasakan ke konsumsi rumah tangga, penjualan ritel, otomotif, output manufaktur, hingga angka kemiskinan," ungkapnya saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (26/8/2022).

Di sisi konsumsi, tidak menutup kemungkinan konsumsi masyarakat dapat melambat ke bawah 5%. Efek kenaikan BBM Pertalite akan disarakan oleh 40% kelompok pengeluaran menengah dan 40% kelompok terbawah sekaligus.

"[Keduanya] Kalau digabung porsinya 53.7% dari total konsumsi nasional," tambahnya. Selain itu, dia mengingatkan investasi bakal ikut terganggu, terutama di sektor manufaktur dan keuangan, karena pengusaha dan industri akan menunda ekspansi dan produksi.

Ujung-ujungnya, tingkat pengangguran bisa sulit terserap karena pengusaha setop melakukan ekspansi. Sementara itu, dia menilai menaikkan harga tanpa didahuli oleh penyaluran bantuan sosial (bansos) tidak akan efektif.

"Alokasi anggaran perlinsos di apbn 2022 itu belum memasukkan variabel dampak kenaikan harga BBM jenis subsidi," katanya.

Hal yang membuat Bhima miris, pencairan anggaran Kemensos turun tajam dari kisaran Rp 65 triliun per Juli 2021 menjadi Rp 40 triliun per Juli 2022, menurut data APBN KITA.

"Artinya kemampuan menahan dampak negatif naiknya harga bbm bersubsidi belum berbanding lurus dengan shock absorber di APBN saat ini."

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz memandang kebijakan terkait harga BBM akan memberikan multiplier efek terhadap daya beli, inflasi hingga pemulihan ekonomi.

Menurutnya, masyarakat terbiasa dengan level inflasi yang rendah dalam beberapa tahun terakhir.

"Jika tiba-tiba crawling up, ke level yang kita lihat pada 2014, ke sekitar 8%, maka itu akan menyebabkan confidence consumer yang juga turun, karena balik lagi baru pulih," ungkapnya dalam Profit, CNBCIndonesia (Kamis, 25/08/2022).

Berbeda pandangan, Ekonom Senior Faisal Basri mengungkapkan efek yang paling terasa di masyarakat sebenarnya akan ditimbulkan oleh kenaikan Solar, ketimbang Pertalite. Pasalnya, angkutan logistik banyak menggunakan solar.

"Itu yang akan menjadikan harga-harga naik, tapi kalau Pertalite pengaruhnya kepada harga relatif kecil," ungkapnya dalam dialog Evening Up CNBC Indonesia, Kamis (26/8/2022).

Selain Pertalite, Solar subsidi dikabarkan akan ikut naik menjadi Rp8.000 per liter. Namun, hingga saat ini, pemerintah belum memberikan kepastian perihal kenaikan harga BBM subsidi.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Soal Harga BBM Bakal Ganti Tiap Pekan, Ini Kata Bos Pertamina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular