Simak Lagi, Penyebab Biaya Infrastruktur Kereta di RI Bengkak
Jakarta, CNBC Indonesia - Proyek Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta Fase II dari Bundaran HI-Ancol Barat dikabarkan mengalami cost over run atau pembengkakan biaya, menyusul proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dan Light Rapid Transit (LRT) Jabodebek . MRT Jakarta Fase II disebut-sebut mengalami pembengkakan biaya sebesar 18%.
Menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, pembengkakan biaya dipicu oleh kompleksitas hingga kondisi lahan yang tidak stabil.
"Tadi dilaporkan bahwa ada kenaikan project cost dari Rp 22,5 triliun jadi Rp 26 triliun," kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto usai rapat di Kantor Presiden, dikutip Kamis (25/8/2022).
"Ini masuk di dalam Kota Tua sehingga tentunya perlu lebih berhati-hati secara struktur," ujar Airlangga.
Proyek MRT Jakarta Utara Selatan Fase II ini mencapai 12,3 kilometer dan seluruhnya berada di bawah tanah. Berbeda dengan MRT Fase I sepanjang 15,7 kilometer yang 5,7 kilometer diantaranya di bawah tanah dan sisanya di atas tanah.
Selain itu juga ada masalah lahan pada titik akhir yang direncanakan di Ancol Barat. Sehingga diminta pertimbangan untuk mencari alternatif lain, baik di Ancol maupun Marina.
KCJB dan LRT Bengkak Duluan
Sebelumnya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung juga mengalami pembengkakan biaya. Awalnya estimasi pembangunan sepur cepat ini mencapai US$ 5,5 miliar, kemudian menjadi pembengkakan menjadi US$ 6,07 miliar.
Dari kajian tahun 2021 lalu, estimasi nilai proyek sekitar US$ 1,17 - 1,9 miliar, sehingga nilai proyek bisa bertambah menjadi US$ 7,1 - 7,9 miliar atau setara US$ 105 - 117 triliun (Rp 14.821/US$).
Namun angka ini masih belum pasti di mana. Terdapat peninjauan baru terhadap struktur perpajakan. Rencananya, angka pasti pembengkakan biaya akan diumumkan pada September mendatang.
Hal ini diungkapkan Deputi Bidang Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto.
"Angkanya lagi di-review BPKP dalam beberapa minggu ke depan dapat ke depan dapat hasil yang lebih pasti. So far masih US$ 1,1 miliar yang sudah di-review BPKP. Tapi saat ini dimasukkan usulan tahap dua karena ada faktor perubahan struktur perpajakan. Ada PPN naik jadi 11% dan terkait akuisisi lahan, jadi lagi di-review BPKP," katanya kepada CNBC Indonesia, belum lama ini.
Proyek LRT Jabodebek juga mengalami pembengkakan senilai Rp 2,6 triliun, sehingga nilai proyek menjadi Rp 32,5 triliun. Keterlambatan proyek membuat proyek kereta layang ini membengkak. Bahkan proyek ini dikatakan menjadi beban PT Kereta Api Indonesia selaku operator.
"LRT ini akan menjadi bagian dari KAI dan ini akan menjadi beban, memang sudah ada lagi FS, dan harapan saya LRT Jabodebek ini bisa membangkitkan angkutan penumpang," kata Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo, dalam RDP Dengan Komisi V DPR RI, Rabu (6/7/2022).
(dce)