Internasional

Perang Rusia Membuka Mata, Negara Kaya Banyak Belum "Merdeka"

Feri Sandria, CNBC Indonesia
24 August 2022 14:00
Bank of Japan

Jakarta, CNBC Indonesia - Status negara maju tidak serta merta menjadikan mereka mandiri dalam berbagai hal. Hal ini terbukti dari krisis yang saat ini sedang dialami oleh ekonomi terbesar Benua Eropa, Jerman.

Negara ini pusing menyelesaikan permasalahan energi. Jerman "kecanduan" dengan pasokan energi dari Rusia.

Meski porsi impor gas Jerman dari Rusia telah turun menjadi 40% dari sebelumnya 55% dari pada 2021, krisis pasokan masih tetap membayangi. Pemeliharaan pipa Nord Stream 1 yang membentang dari Rusia ke Jerman menambah gangguan akan suplai gas yang sebelumnya memang sudah keruh akibat perselisihan antara Rusia dan Uni Eropa.

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan negaranya tidak akan bisa secara penuh melepas ketergantungannya dari pasokan gas Rusia sebelum pertengahan 2024. Saat ini Jerman tengah berjuang mati-matian untuk menopang pasokan gas musim dingin di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa Moskow akan segera mematikan keran sepenuhnya.

Perang yang masih belum berakhir, pemeliharaan pipa hingga kekhawatiran terhentinya pasokan dari Rusia ikut mendorong harga gas alam Eropa melonjak tajam. Lonjakan tersebut membuat tagihan rumah tangga naik, mendorong inflasi ke level tertinggi dalam beberapa dekade dan menekan daya beli masyarakat.

Permasalahan ini nyatanya tidak hanya dialami oleh Jerman, sejumlah negara maju lain juga bisa saja berada dalam posisi yang sama apabila pasokannya dibatasi secara signifikan atau diputus seluruhnya.

Berikut deretan negara maju yang nyatanya masih bergantung pada negara lain untuk memenuhi kebutuhan domestiknya demi menggerakkan ekonomi.

Jepang

Jepang yang merupakan negara miskin sumber daya bergantung pada impor untuk 94% pasokan energi primernya. Federasi Perusahaan Pembangkit Listrik (FEPC) Jepang menyebut bahwa struktur pasokan energi Jepang sangat rentan.

Setelah dua krisis minyak pada tahun 1970-an, Jepang telah berupaya untuk mendiversifikasi sumber energinya melalui peningkatan penggunaan energi nuklir, gas alam dan batu bara, serta promosi efisiensi dan konservasi energi.

Meski demikian, minyak masih menyumbang sekitar 40% dari pasokan energi utama Jepang. Lebih dari 80% impornya berasal dari Timur Tengah, kawasan yang secara politik tidak kunjung stabil.

Prospek untuk melakukan impor listrik dari negara tetangga pun relatif susah untuk diwujudkan karena Jepang adalah negara kepulauan. Pada Juni 2015, rencana strategis terkait energi diumumkan untuk mempertahankan proporsi tenaga nuklir 20-22% dalam bauran energi pada 2030.

Halaman 2>>

Korea Selatan

Korea Selatan merupakan konsumen energi terbesar ke-8 di dunia dan merupakan negara miskin energi yang sangat bergantung pada impor energi dari luar negeri. Negara ini mengimpor hampir 93,5% dari konsumsi energi dan sumber daya alamnya.

Pada tahun 2018, Korsel menghabiskan nyaris US$ 100 miliar untuk mengimpor energi dan sumber daya lainnya yang setara lebih dari seperlima dari jumlah total impornya. Akibat ketergantungan tersebut, Korsel rentan terhadap perubahan di pasar energi global, termasuk kenaikan harga dan ketidakseimbangan pasokan-permintaan.

Selain itu, Korea sangat bergantung pada wilayah tertentu untuk impor energi dan sumber daya-nya, termasuk minyak dan gas alam, yang menambah kerentanannya dalam keamanan energinya. Kementerian Luar Negeri Korsel mencatat bahwa negara tersebut mengimpor sekitar 73,5% dari konsumsi minyaknya hanya dari Timur Tengah.

Dalam upaya mengurangi ketergantungan, Korsel telah memprakarsai dialog bilateral/multilateral dengan Amerika Serikat, yang kembali menjadi net eksportir pasca revolusi shale oil.

Singapura

Bukan sebuah rahasia bahwa Singapura merupakan salah satu negara paling tidak mandiri energi. Data World Bank mencatat negara kecil tetangga RI tersebut mengimpor 98% total kebutuhan energinya pada tahun 2014.

Otoritas Pasar Energi (EMA) Singapura mengungkapkan bahwa mayoritas impor energi Singapura adalah dalam bentuk Produk Minyak Bumi atau mencapai 62% dari total pada tahun 2020.

Sama dengan Jepang dan Korsel, Singapura sangat bergantung pada negara Timur Tengah untuk memenuhi pasokan energi domestik. Lebih dari dua pertiga impor minyak mentah Singapura berasal dari Uni Emirat Arab, Qatar, Arab Saudi, dan Kuwait.

Selain dari sektor energi, sejumlah negara maju juga sangat bergantung pada impor bahan pangan. Selama dua dekade terakhir perdagangan agrikultur telah meningkat secara substansial. Salah satu konsekuensinya adalah bahwa hampir 20 persen dari semua kalori yang dikonsumsi di seluruh dunia disediakan oleh makanan yang diperdagangkan.

Data pertemuan G-20 di Argentina tahun 2018 mencatat bahwa lima negara yakni China, Korea, Jepang, Rusia, dan Arab Saudi bertanggung jawab atas sekitar 40% impor bersih pangan. Sementara itu tujuh negara yakni Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Selandia Baru, Thailand, dan Amerika Serikat menyumbang sekitar 55% dari total ekspor bersih makanan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular