Nasib Tragis Eks PM Malaysia, Mega Skandal Korupsi-Dipenjara
Jakarta, CNBC Indonesia - Nasib tragis kini menghampiri mantan perdana menteri Malaysia Najib Razak. Ia kini harus bertetangga dengan terpidana pembunuh dan pengedar narkoba di Malaysia.
Hal itu terjadi pasca pengadilan federal memerintahkan Najib untuk memulai hukuman penjara 12 tahun pada hari Selasa kemarin. Ini adalah buntut mega skandal korupsi multi miliar dolar di dana negara 1 Malaysia Development Berhad (1MDB).
Najib gagal dalam banding terakhirnya dan dinyatakan bersalah atas tujuh tuntutan dalam skandal tersebut. Kelompok lima orang hakim mengatakan temuan pengadilan tinggi terkait peran Najib adalah benar dan ia harus segera menjalani hukumannya.
"Dari totalitas bukti, kami menemukan keyakinan pemohon pada semua tujuh dakwaan aman. Kami juga menemukan bahwa hukuman yang dijatuhkan tidak berlebihan," ujarnya dikutip media Malaysia The Vibes, dikutip Rabu (24/8/2022).
Banding yang sebelumnya diajukan Najib dari Pengadilan Tinggi ke Pengadilan Federal menjadi batal demi hukum karena putusan ini. Selain itu, pengadilan Federal juga menguatkan denda 210 juta ringgit atau setara Rp 694 miliar yang dijatuhkan sebelumnya oleh pengadilan tinggi pada Najib.
Alhasil Najib langsung dibawa ke penjara dari gedung pengadilan. Ia memang bisa mengajukan peninjauan kembali atas keputusan Pengadilan Federal, meskipun permohonan semacam itu jarang berhasil di Malaysia.
"Ada kalanya kita merasa kewalahan dengan ujian dan cobaan. Dengan fitnah dan penganiayaan, dengan keikhlasan dibalas dengan pengkhianatan. Terkadang kita merasa sendirian," kata Najib membela diri sebelum putusan akhir diketok di akun Facebooknya.
"Saya tidak malu untuk mengatakan, saya putus asa, seperti halnya yang berperkara dalam kesulitan saya," ujarnya di kesempatan berbeda pekan lalu dihadapan wartawan.
Selain itu, upaya lain yang bisa dilakukan Najib adalah bisa mencari pengampunan kerajaan. Jika berhasil, dia bisa dibebaskan tanpa menjalani masa 12 tahun penuh.
Hukuman itu berarti Najib akan kehilangan kursi parlemennya. Ia juga tidak dapat mengikuti pemilu.
(sef/sef)