
Bukan Cuma Resesi Seks, Populasi China Juga Turun Gegara Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - China tengah diterpa fenomena resesi seks. Namun, ada faktor lain yang turut berperan dan bahkan menguatkan fenomena tersebut yang berdampak terhadap potensi penurunan populasi penduduk lebih cepat itu.
Adapun, resesi seks mengacu pada kemerosotan dan menurunnya keinginan untuk berhubungan seks yang berimplikasi pada rendahnya keinginan untuk memiliki anak dalam sebuah keluarga. Tak hanya itu, keinginan menikah pun sejatinya bakal surut di tengah resesi seks tersebut.
Ternyata, ada faktor lain yang menyebabkan hal tersebut dan turut menguatkan fenomena resesi seks, yakni pandemi Covid-19.
Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan Covid-19 telah berkontribusi pada penurunan angka pernikahan dan kelahiran di negara itu yang makin cepat dalam beberapa tahun terakhir karena tingginya biaya pendidikan dan membesarkan anak.
Banyak wanita terus menunda rencana mereka untuk menikah atau memiliki anak, katanya, seraya menambahkan bahwa perkembangan ekonomi dan sosial yang cepat telah menyebabkan "perubahan besar".
Orang-orang muda yang pindah ke daerah perkotaan, lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk pendidikan dan lingkungan kerja yang bertekanan tinggi juga memainkan peran mereka, tambahnya.
Para ahli demografi juga mengatakan bahwa kebijakan nol-Covid China dengan kontrol ketat pada kehidupan orang-orang mungkin telah menurunkan keinginan mereka untuk memiliki anak.
"Virus corona juga memiliki dampak yang jelas pada pengaturan pernikahan dan kelahiran beberapa orang," kata komisi itu, dikutip Reuters, Selasa (23/8/2022).
Adapun, para ahli demografi mengungkapkan kelahiran baru di China akan turun ke rekor terendah tahun ini dengan perkiraan 10 juta dibandingkan dengan 10,6 juta pada tahun lalu, dan lebih rendah 11,5% dari 2020.
China memiliki tingkat kesuburan 1,16 pada tahun 2021, salah satu tingkat terendah di dunia dan di bawah tingkat 2,1 yang menurut OECD diperlukan untuk populasi yang stabil. Setelah memberlakukan kebijakan satu anak dari tahun 1980 hingga 2015, China telah mengakui populasinya berada di ambang penyusutan - potensi krisis yang akan menguji kemampuannya untuk membayar dan merawat orang tua.
Untuk mengatasi masalah ini, pihak berwenang di tingkat nasional dan provinsi selama setahun terakhir telah memperkenalkan langkah-langkah seperti keringanan pajak, cuti hamil yang lebih lama, asuransi kesehatan yang ditingkatkan, subsidi perumahan, dan uang tambahan untuk anak ketiga.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Fix 'Resesi Seks'! Populasi China Bakal Terus Menyusut