
Baru Bulan Agustus, Konsumsi BBM Pertalite Sudah Mau 80%

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat hingga Agustus, konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite sudah mendekati 80% dari kuota sebesar 23 juta KL.
Adapun jika kondisi tersebut terus berlangsung, maka sampai Oktober kuota Pertalite dipastikan akan habis. Anggota Komite BPH Migas, Saleh Abdurrahman mengatakan tingkat konsumsi BBM Pertalite hingga Agustus tepatnya sudah mencapai 79%.
"Kita tahu bahwa setiap SPBU diberikan kuota macam-macam perhitungannya dengan berbagai pola dan memang kalau gak ada kebijakan penambahan kuota ini harus direncanakan dengan baik," kata Saleh dalam acara Profit CNBC Indonesia, Senin (22/8/2022).
Meski begitu, ia memastikan untuk pasokan BBM di dalam negeri sejauh ini masih dalam kondisi aman. Selain itu, ia juga meluruskan bahwa tidak ada arahan bagi badan usaha penyalur untuk melakukan pembatasan BBM di tengah menipisnya pasokan di tahun ini.
"Tidak ada arahan, sekali lagi gak ada arahan bagi badan usaha untuk menahan BBM kalau misalnya terjadi antrian ini kan angka angka di laporan yang masuk ke kami sudah berkurang ini disebabkan oleh faktor setempat, artinya mungkin terlambat dikirim atau ada gangguan tapi secara umum di kantor Pertamina daerah kita lihat stok baik Pertalite dan Solar dalam kondisi aman," kata dia.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) mencatat penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite hingga Juli 2022 sudah mencapai 16,8 juta kilo liter (KL). Dengan begitu, maka kuota hingga akhir tahun ini hanya tersisa 6,2 juta KL dari kuota tahun ini yang ditetapkan sebesar 23 juta KL.
Hal tersebut tentunya cukup mengkhawatirkan jika melihat kondisi saat ini. Apalagi sejumlah pengguna kendaraan yang biasanya menggunakan BBM jenis Pertamax kini beralih ke Pertalite seiring dengan naiknya harga BBM Ron 92 itu. "Pertalite, hingga Juli sudah tersalurkan 16,8 juta KL, dari kuota 23 juta KL," ujar Irto kepada CNBC Indonesia, Rabu (10/8/2022).
Karena itu, tanpa adanya pembatasan pembelian atau penambahan kuota BBM, cukup sulit bagi perusahaan pelat merah tersebut menjaga pasokan yang tersisa. Irto pun mengusulkan agar aturan pembelian BBM dapat segera dijalankan. "Pengaturan BBM harus segera dilakukan," katanya.
Sementara, untuk Solar subsidi hingga Juli 2022 sudah mencapai 9,9 juta kilo liter (KL) dari kuota tahun ini sebesar 14,91 juta KL. Dengan begitu, maka sisa kuota Solar subsidi hingga Juni tinggal 5,01 juta KL.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sinyal Kenaikan Harga BBM, Bahlil: di Sini Naik Seribu Ribut!