
Rusia Bikin Jerman Galau, "Malu-Malu" soal Nuklir

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman pemotongan suplai gas dalam jangka panjang dari Rusia ke Uni Eropa membuat Jerman pusing. Negara dengan ekonomi ketiga terbesar di Benua Biru itu pun terancam mengalami krisis energi.
Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengabaikan rencana untuk memperpanjang masa pakai tiga pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di negara tersebut. Menurutnya, penggunaan sumber energi tersebut hanya menghemat paling banyak 2% penggunaan gas saja.
Sebelumnya, mantan Kanselir Angela Merkel telah memprakarsai undang-undang untuk menghentikan penggunaan tenaga nuklir pada akhir tahun ini setelah bencana nuklir Fukushima 2011 dengan mayoritas pemilih mendukung. Namun, sikap Jerman berubah di tengah kekhawatiran krisis energi musim dingin ini menyusul penurunan pengiriman gas Rusia.
"Ini adalah keputusan yang salah mengingat sedikit yang akan kita selamatkan," kata Habeck, anggota partai Hijau yang berakar pada gerakan anti-nuklir tahun 1970-an dan 80-an, mengutip Reuters, Senin (22/8/2022).
Di sisi lain, Menteri Keuangan Christian Lindner dari Partai Demokrat Bebas yang pro-bisnis menegaskan kembali pendiriannya bahwa akan lebih baik untuk memperpanjang umur pembangkit nuklir untuk waktu yang terbatas daripada menghidupkan kembali pembangkit listrik tenaga batu bara.
"Kita seharusnya tidak terlalu pilih-pilih, tetapi menyimpan semua kemungkinan," katanya.
Secara terpisah, terkait perdebatan tentang langkah-langkah penghematan gas, Habeck mengatakan dia terbuka untuk memperpanjang umur satu pembangkit listrik tenaga nuklir di Bavaria jika stress test menunjukkan ini diperlukan untuk memastikan stabilitas dan pasokan jaringan listrik di musim dingin.
Habeck menuduh negara bagian selatan dan pusat manufaktur, yang bergantung pada pembangkit listrik berbahan bakar gas dan memiliki sedikit pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, mungkin berkontribusi terhadap masalah ini dengan gagal membangun produksi tenaga angin dan memperbaiki jaringan.
Fakta bahwa Jerman harus memasok listrik ke Prancis karena penurunan produksi nuklir adalah faktor lain yang berperan.
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan hasil stress test akan datang menjelang akhir bulan, atau awal bulan depan. Setelah itu, keputusan akan diambil.
Menurutnya, situasi di Prancis, di mana hampir separuh reaktornya tidak beroperasi karena masalah korosi dan pemeliharaan, menunjukkan betapa bermasalahnya teknologi itu. Adapun, pembangkit baru sangat mahal sehingga akan menaikkan harga listrik.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Jerman Suntik Mati 3 PLTN