Siap-Siap! Kalau Sampai Naik, Harga Pertalite Jadi Segini

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
Sabtu, 20/08/2022 16:30 WIB
Foto: CNBC Indonesia TV

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) kerap disebut masih berada di bawah harga pasar. Pemerintah pun sering menekankan bahwa harga BBM masih ditahan hingga menjadi beban APBN.

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa pemerintah menyiapkan anggaran subsidi dan kompensasi sebesar Rp 502,4 triliun. Hal ini mengingat tahun 2022 sektor energi menjadi tantangan.

Airlangga mengatakan subsidi digelontorkan agar harga BBM, khususnya Pertalite dan Pertamax tidak mengalami kenaikan atau bertahan di bawah harga keekonomian. Misalnya harga Pertalite yang saat ini hanya Rp 7.650 per liter, begitu juga Pertamax atau RON 92 yang saat ini dijual Rp 12.500 per liter.


"Harga Pertamax keekonomian Rp 15.150, namun di eceran masih Rp 12.500 per liter. Dan Pertalite keekonomiannya Rp 13.150 tapi ecerannya Rp 7.650 per liter," ungkap Airlangga dikutip Sabtu (20/8/2022).

Airlangga juga membandingkan harga BBM Pertalite dan Pertamax di Indonesia yang masih jauh di bawah harga BBM dari negara-negara tetangga. Misalnya saja Thailand yang menjual BBM dengan harga Rp 19.500 per liter. Kemudian Vietnam Rp 16.645 per liter dan Philipina mencapai Rp 21.352 per liter.

"Kita masih relatif di bawah (negara-negara) ASEAN," ungkap Airlangga.

Hal serupa juga pernah diungkapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi), di mana menurutnya harga Pertalite seharusnya mencapai Rp 17.100 per liter.

"Coba di negara kita bayangkan, kalau Pertalite naik (dari) Rp 7.650 harga sekarang ini kemudian naik menjadi, harga yang benar adalah Rp 17.100, demonya berapa bulan?," kata Jokowi.

Selain itu, Jokowi berkali-kali menyebut bahwa beban APBN menanggung subsidi energi sudah terlalu berat. Karenanya, banyak yang menilai perlu jika harga Pertalite naik.

"Kita harus menahan harga Pertalite, gas, listrik, termasuk Pertamax, gede sekali. Tapi apakah angka Rp 502 triliun terus kuat kita pertahankan?," kata Jokowi.

Subsidi Rp 502,4 triliun dirasa cukup besar dibandingkan dengan negara-negara lain. Terkait hal ini Jokowi tidak dapat memastikan apakah pemerintah mampu menahan harga-harga lewat subsidi atau tidak.

"Kalau bisa Alhamdulillah, artinya rakyat tidak terbebani. Tapi kalau APBN tidak kuat bagaimana? Negara lain harga BBM sudah Rp 17 ribu-Rp 18 ribu, naik 2 kali lipat semuanya. Ya memang harga keekonomiannya seperti itu," imbuhnya.

Sementara itu, Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia juga mengirimkan sinyal jika harga BBM subsidi akan naik. Dia menyebut angka subsidi bisa mencapai Rp 500 triliun sampai Rp 600 triliun.

"Sampai kapan APBN kita kuat menghadapi subsidi yang begitu tinggi? Jadi tolong sampaikan juga kepada rakyat, bahwa rasa-rasanya sih untuk menahan terus dengan harga BBM seperti sekarang, feeling saya sih harus siap-siap (harga Pertalite naik), kalau katakanlah kenaikan BBM itu terjadi," ungkapnya.


(vap/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: RI Benahi Layanan Kesehatan, Dorong Obat Lokal & BPJS