Gawat Darurat! Neraca Migas RI Defisit Terdalam Sejak 2010

News - Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
19 August 2022 16:04
Oil facilities are seen on Lake Maracaibo in Cabimas, Venezuela January 29, 2019. REUTERS/Isaac Urrutia Foto: Ilustrasi: Fasilitas minyak terlihat di Danau Maracaibo di Cabimas, Venezuela, 29 Januari 2019. REUTERS / Isaac Urrutia

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingginya nilai impor minyak dan gas (migas) akibat harga komoditas global yang melambung membuat defisit neraca migas makin parah.

Pada Jumat (19/8/2022), Bank Indonesia (BI) merilis data Neraca Pembayaran Indonesia pada kuartal II/2022. Transaksi berjalan, yang merupakan bagian dari NPI, tercatat surplus US$3,85 miliar atau 1,14% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Pencapaian ini membaik ketimbang kuartal sebelumnya. Pada kuartal I-2022, transaksi berjalan surplus US$407 juta. Dengan demikian, transaksi berjalan selalu surplus dalam empat kuartal beruntun.

Namun, pada kuartal II-2022, neraca migas mengalami defisit US$7,17 miliar. Ini adalah yang terdalam, sejak 2010.

"Defisit neraca perdagangan migas meningkat dipengaruhi oleh kenaikan impor merespons peningkatan permintaan seiring dengan kenaikan mobilitas masyarakat, serta tingginya harga minyak dunia," tulis laporan BI.

Defisit neraca perdagangan minyak meningkat dari US$6,5 miliar menjadi US$7,8 miliar pada kuartal II/2022. Meningkatnya nilai impor minyak berasal dari peningkatan impor minyak mentah dan produk kilang sebagai konsekuensi peningkatan harga minyak dunia dan peningkatan konsumsi minyak dalam negeri.

Impor minyak pada triwulan II/2022 tercatat US$10,3 miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar sebesar US$8,3 miliar.

Impor minyak mentah sepanjang periode April hingga Juni tercatat US$3,6 miliar atau tumbuh 70,2% yoy. Pertumbuhan ini pun lebih tinggi dibanding kuartal sebelumnya yakni 62,2% yoy.

Sementara impor produk kilang mencapai US$6,7 miliar atau tumbuh 94,4% yoy, melambat dari 104,9% yoy pada kuartal sebelumnya.

Harga impor minyak mentah dan produk kilang masing-masing naik dari US$103,4 per barel dan US$108,6 per barel menjadi US$119 per barel dan US$136,3 per barel.

Volume impor minyak juga meningkat. Volume impor minyak mentah pada kuartal II/2022 naik menjadi 30,1 juta barel dibanding kuartal sebelumnya 26 juta barel. Sementara impor produk kilang tercatat 49,3 juta barel.

Kenaikan volume impor minyak secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti konsumsi domestik yang meningkat sejalan dengan perbaikan mobilitas paska pelonggaran PPKM dan dampak libur panjang lebaran.

Ekspor gas periode April hingga Juni tercatat sebesar US$2,4 miliar, naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar US$2 miliar. Kenaikan ekspor gas karena terutama bersumber dari ekspor LNG seiring dengan naiknya harga dan volume ekspor.

Volume ekspor LNG tercatat 141,2 juta mmbtu, naik dari 125,8 juta mmbtu. Pesanan naik dari Singapura, Korea Selatan, dan Taiwan. Di sisi lain volume ekspor gas alam turun menjadi 55,8 juta mmbtu dari sebelumnya 60,6 juta mmbtu.

Sementara harga gas alam meningkat masing-masing menjadi US$9,9/juta mmbtu dan US$17,1/juta mmbtu. Pada kuartal sebelumnya masing0masing 9,7/juta mmbtu dan US$13,2/juta mmbtu.

Di sisi lain, impor gas pada kuartal II/2022 tercatat US$1,7 miliar, naik dari kuartal sebelumnya sebesar US$1,3 miliar.

"Peningkatan impor gas tersebut sejalan dengan meningkatnya konsumsi masyarakat dan perbaikan ekonomi pada kuartal II/2022," tulis laporan BI.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Q1-2022, Lifting Migas Belum Capai Target


(ras/ras)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading