
Kecemasan Sri Mulyani 2023: Stagflasi Plus Resesi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) mulai terkendali. Namun bukan berarti semua baik-baik saja.
Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, menyebut bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang bisa menangani pandemi Covid-19 dengan sangat baik. Indonesia mampu menjaga risiko pandemi sehingga bisa mendorong aktivitas ekonomi.
![]() |
"Namun, risiko bergeser dan pandemi ke gejolak perekonomian global akibat disrupsi supply. Ketika demand pulih, mobilitas pulih, supply tidak bisa mengikuti. Ini dampak inflasi dari pandemi," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani menambahkan, situasi makin buruk akibat perang Rusia-Ukraina. Pasokan berbagai komoditas menjadi terhambat sehingga harga naik gila-gilaan. Inflasi yang sudah meningkat menjadi lebih tinggi lagi.
Inflasi tinggi disikapi oleh bank sentral di berbagai negara dengan mengetatkan kebijakan moneter. Maklum, inflasi (terutama di negara-negara maju) mencapai rekor tertinggi sejak puluhan tahun lalu.
"(Kenaikan suku bunga) membuat cost of fund melonjak. Ada 66 negara yang vulnerable untuk menangani krisis utang dan refinancing pembiayaan. Risiko default di negara-negara yang memiliki rasio utang tinggi menjadi perhatian dunia," papar Bendahara Negara.
Jika inflasi tidak menurun dengan cepat, demikian Sri Mulyani, maka kebijakan moneter masih akan ketat sehingga menyebabkan risiko di pasar keuangan. Tingginya biaya utang akan membuat ekspansi ekonomi lebih terbatas.
"Stagflasi dengan kombinasi resesi menjadi tantangan rumit di tahun ini dan tahun depan. Itu konteksnya," kata Sri Mulyani.
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! RI Dihantui Resesi dan Stagflasi, Sri Mulyani Was-was