
Covid Minggir, Ini yang Bikin Jokowi Khawatir 2023: Krisis!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kata "negara", "krisis", dan "ekonomi" menjadi kata-kata yang paling sering muncul dalam Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo, Jokowi, pada tahun ini. Kata-kata tersebut menggantikan "pandemi" dan "kesehatan" yang mendominasi pidato pada dua tahun sebelumnya.
Dalam pidato berisi sekitar 2.662 kata tersebut, kata "negara" disebut sebanyak 22 kali, "ekonomi" muncul sebanyak 14 kali sementara "krisis" sebanyak 11 kali.
Kata-kata lain yang paling sering muncul lainnya adalah kekuatan (7), hilirisasi (7), politik (7), UMKM (7), energi (6), kesehatan (5), korupsi (5), pandemi (4).
Pada pidato tahun lalu, "pandemi" menjadi kata yang paling banyak disebut yakni sebanyak 31 kali disusul kemudian dengan "kesehatan" sebanyak 19 kali.
Dominannya kata "krisis" dan "ekonomi" menggantikan "pandemi" dan "kesehatan" mencerminkan dinamika perkembangan domestik dan global saat ini.
Setidaknya ada lima krisis yang disebut Jokowi yaitu krisis kesehatan, krisis energi, krisis pangan, krisis global, dan krisis keuangan. Kata "krisis" lebih kerap memiliki konotasi negatif dan sering didekatkan pada kata "hati-hati", "menghantui dunia", dan "waspada" yang menggambarkan keinginan Jokowi agar semua kalangan tidak menganggap krisis dengan enteng karena sudah menimbulkan dampak yang besar.
"Krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19 belum sepenuhnya pulih. Perekonomian dunia belum sepenuhnya bangkit. Tiba-tiba meletus perang di Ukraina, sehingga krisis pangan, krisis energi, dan krisis keuangan tidak terhindarkan lagi," tutur Jokowi dalam Pidato Kenegaraan, Selasa (16/8/2022).
Jokowi kemudian mengingatkan bahwa sebanyak 107 negara terdampak krisis, sebagian di antaranya diperkirakan jatuh bangkrut. Diperkirakan 553 juta jiwa terancam kemiskinan ekstrem, dan 345 juta jiwa terancam kekurangan pangan dan kelaparan.
Sementara itu, kata "ekonomi" lebih berkonotasi positif dengan diikutkan pada kata pertumbuhan ekonomi, ekonomi berhasil, ekonomi untuk rakyat, atau ekonomi hijau.
"Pertumbuhan investasi juga meningkat tajam, di mana 52% di antaranya, berada di Luar Jawa. Artinya, ekonomi kita bukan hanya tumbuh pesat, tetapi juga tumbuh merata, menuju pembangunan yang Indonesia sentris," ujar Jokowi.
