
Neraca Dagang RI Surplus 27 Bulan Beruntun, Tapi Hati-hati...

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja ekspor Indonesia memang impresif akhir-akhir ini. Namun, ada hal yang patut menjadi perhatian karena kinerja ciamik itu hanya bertumpu kepada tingginya harga komoditas.
Pada Senin (15/8/2022), Deputi Kepala BPS Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Setianto melaporkan nilai ekspor pada Juli 2022 adalah US$ 25,57 miliar. Naik 32,02% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Realisasi tersebut lebih tinggi ketimbang ekspektasi. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 29,21% yoy. Sementara konsensus versi Reuters memperkirakan pertumbuhan ekspor di 29,73% yoy.
Akan tetapi, Setianto memberi wanti-wanti. Sebab, ada gejala harga komoditas di pasar internasional mulai turun.
Pada Juli 2022, indeks harga komoditas energi ada di 168,58. Sementara indeks harga komoditas makanan adalah 138,63, terendah sejak serangan Rusia ke Ukraina yang dimulai Februari lalu.
![]() |
Secara bulanan (month-to-month/mtm), tambah Setianto, harga minyak dunia turun 10,3% Kemudian harga gas alam turun 4,54%.
"Memang hingga Juli harga global menurun baik pangan dan energi. Ini perlu diwaspadai, barangkali jadi perhatian kita sebagai tanda berakhirnya windfall harga komoditas," kata Setianto.
Padahal, lanjut Setianto, kinerja ekspor Indonesia yang terus tumbuh lebih ditopang oleh kenaikan harga komoditas. Menurut volume, ekspor cenderung stagnan.
![]() |
"Ekspor tumbuh lebih didorong peningkatan harga komoditas. Sementara volume ekspor komoditas menunjukkan stagnan. Jika harga komoditas internasional menunjukkan penurunan, perlu kita waspadai neraca perdagangan bulan-bulan ke depan," tegas Setianto.
Pada Juli 2022, Indonesia menikmati surplus perdagangan US$ 4,22 miliar. Ini dapat dari ekspor yang senilai US$ 25,57 miliar dan impor US$ 21,35 miliar. Dengan begitu, surplus neraca perdagangan Indonesia bertahan selama 27 bulan beruntun.
"Surplus yang terjadi pada akhir-akhir ini tidak disertai peningkatan volume yang signifikan. Ini perlu menjadi perhatian kita. Windfall dapat berakhir jika harga komoditas kembali normal, karena volume ekspor kita cenderung stagnan," tutur Setianto.
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking News: Neraca Perdagangan RI Surplus US$5,48 M
