Dunia Diserang Triple Horor! 9 Negara Ini Korbannya, Ada RI?

Hadijah Alaydrus, CNBC Indonesia
15 August 2022 08:05
Bendera Turki (Pexels)
Foto: Bendera Turki (Pexels)

6. Lebanon

Lebanon tengah menghadapi perang saudara yang panjang sehingga pemulihannya terhambat oleh disfungsi pemerintah dan serangan teror.

Negara ini dilanda depresiasi mata uang yang tajam, kekurangan uang, tingkat inflasi yang melesat tinggi, kelaparan, antrean yang mengular untuk bahan bakar, hingga keuangan kelas menengah yang hancur.

Pada Juni 2021, dengan mata uang yang telah kehilangan hampir 90% nilainya, Bank Dunia mengatakan krisis yang melanda Lebanon menempati peringkat salah satu yang terburuk di dunia dalam lebih dari 150 tahun.

7. Myanmar

Ekonomi Myanmar mengalami kontraksi hingga 18 % pada tahun lalu. Lemahnya ekonomi adalah indiksi dari permasalahan politik dan sosial yang dihadapinya.

Pandemi dan ketidakstabilan politik telah menghantam ekonomi Myanmar, terutama setelah tentara merebut kekuasaan pada Februari 2021 dari pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.

Hal itu membawa sanksi Barat yang menargetkan kepemilikan komersial yang dikendalikan oleh tentara, yang mendominasi ekonomi.

Dari data Bank Dunia, 40% populasi hidup di bawah garis kemiskinan pada 2022.

Pembaruan ekonomi global baru-baru ini dari Bank Dunia mengecualikan proyeksi bagi Myanmar untuk 2022-2024.

8. Turki

Inflasi Turki telah melambung di atas 70%. Bank Sentral negara ini terpaksa menggunakan cadangan devisa untuk mengatasi krisis mata uang, setelah lira jatuh ke posisi terendah sepanjang masa terhadap euro dan dolar AS pada akhir 2021.

Kondisi ini memicu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memecat menteri keuangannya pada Desember 2021.

Pandemi telah memukul pendapatan pariwisata negara ini sehingga beban keuangan pemerintah bertambah.

Defisit neraca perdagangan dan modal juga memperparah masalah Turki dengan utang yang tinggi dan meningkat. Rasio utang luar negeri Turki telah mencapai sekitar 54% dari PDB.

Kebijakan pemangkasan pajak dan subsidi bahan bakar untuk meredam pukulan dari inflasi telah melemahkan keuangan pemerintah.

9. Zimbabwe

Inflasi di Zimbabwe telah melonjak hingga lebih dari 130%, meningkatkan kekhawatiran negara tersebut dapat kembali ke hiperinflasi tahun 2008 yang mencapai 500 miliar %.

Kebijakan fiskal Zimbabwe tetap relatif ketat, dengan sebagian besar pengeluaran tambahan dibiayai oleh SDR.

Neraca fiskal berubah menjadi defisit kas sebesar 1,5% dari PDB pada 2021.

Menurut catatan Bank Dunia, pengadaan vaksin dan pengeluaran yang lebih tinggi untuk pertanian dan infrastruktur publik berkontribusi paling besar terhadap defisit fiskal tahun ini.

Selama pandemi, utang publik semakin memburuk karena pemerintah mengasumsikan utang warisan RBZ, menambahkan lebih dari US$2,5 miliar ke tunggakan eksternal dan utang luar negeri telah mencapai US$14,5 miliar.

Kebijakan disinflasi efektif menurunkan inflasi pada tahun 2021. Inflasi melambat dari 838% pada Juli 2020 menjadi 60,7% pada Desember 2021.

Selain daftar tersebut, sebenarnya masih ada sejumlah negara yang tengah mengalami krisis a.l. Albania, Ghana, Panama, Kenya dan Ethiopia. Serupa dengan daftar negara di atas, kelima negara ini terjebak oleh inflasi yang tinggi dan beban utang yang besar.

Perlu diingat, lembaga terkemuka seperti PBB, IMF, hingga Bank Dunia telah menyampaikan bahwa ada 60 negara yang akan ambruk ekonominya akibat ketidakpastian situasi global. Artinya, masih banyak lagi daftar negara-negara yang tengah berjuang menghadapi guncangan ke depannya.

Tidak menutup kemungkinan, jumlahnya akan bertambah jika ekonomi dunia makin gelap di 2023.

(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular