Apa Itu Resesi? Louis Vuitton & Ferrari Malah Laku Keras

Intan Rakhmayanti, CNBC Indonesia
14 August 2022 13:20
1959 Ferrari 250 California LWB Spider Competizione. (Dok: Ferrari)
Foto: 1959 Ferrari 250 California LWB Spider Competizione. (Dok: Ferrari)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga makanan, bensin, dan tiket perjalanan telah melonjak selama setahun terakhir. Namun, rupanya ini tak berpengaruh pada orang tajir.

Terbukti dari perusahaan merek mewah, termasuk Ferrari dan perusahaan induk Dior, Louis Vuitton dan Versace, melaporkan penjualan yang kuat atau menaikkan perkiraan laba mereka. Hasil optimis bahkan datang ketika ketakutan resesi ekonomi terjadi.

Para ahli mengatakan bahwa orang kaya sering kali menjadi yang terakhir merasakan efek ekonomi ini, karena bantalan yang disediakan oleh kekayaan ekstrem mereka. Di antara jet set, pengeluaran yang berkelanjutan juga menandakan bagaimana pembelian barang mewah sering berfungsi sebagai simbol status.



"Memiliki simbol kekuatan dalam masyarakat Anda adalah hal yang kuat," kata Milton Pedraza, pendiri dan CEO dari Luxury Institute, sebuah perusahaan riset pasar dan manajemen bisnis, dikutip dari CNBC Internasional, Minggu (14/8/2022).

"Simbol-simbol kekuatan itu masih sangat penting di dalam suku-suku yang sangat kaya." imbuhnya.

Louis Vuitton, misalnya, menawarkan sepasang sepatu kets seharga US$1.230, serta tas seharga US$2.370. Perusahaan induk mereka LVMH yang juga memiliki Christian Dior, Fendi dan Givenchy, melaporkan pertumbuhan pendapatan organik sebesar 21% menjadi 36,7 miliar euro pada paruh pertama tahun 2022 dibandingkan dengan tahun lalu.

Sementara merek Versace, di mana label harga untuk sepasang sepatu atau kemeja berkerah mencapai US$1.000, pendapatan kuartalan naik hampir 30% menjadi US$275 juta dari tahun lalu ketika menghilangkan efek pergerakan mata uang.



Perusahaan induknya Capri Holdings, yang juga memiliki Michael Kors dan Jimmy Choo, mengatakan pendapatan keseluruhan naik 15% menjadi US$1,36 miliar untuk periode tersebut.

Terlepas dari ketidakpastian ekonomi yang lebih luas, CEO Capri John Idol mengatakan perusahaan tetap yakin dengan tujuan jangka panjangnya karena ketahanan industri mewah yang telah terbukti.

"Tidak ada dari kita yang tahu apa yang akan terjadi pada paruh tahun terakhir dengan konsumen, tetapi tampaknya industri mewah cukup kuat dan cukup sehat," kata Capri saat panggilan pendapatan.

Awal bulan ini, pembuat supercar Italia, Ferrari, juga meningkatkan target untuk tahun ini setelah pendapatan mencapai rekor 1,29 miliar euro pada kuartal kedua.

Di luar dunia mewah, beberapa perusahaan juga mencatat kekuatan. Delta Air Lines, misalnya, menyebutkan pemulihan pendapatan yang lebih kuat untuk penawaran seperti kelas bisnis dan ekonomi premium, dibandingkan dengan tiket lainnya.

Meskipun industri mewah selalu memiliki tingkat ketahanan, kesenjangan kekayaan meningkat yang dipicu oleh pandemi menambah kekuatan sektor ini saat ini.

"Penghasilan yang dapat dibelanjakan dari sebagian besar konsumen kaya dan HNW (kekayaan bersih tinggi) telah meningkat karena lebih sedikit yang dihabiskan untuk perjalanan," kata Amrita Banta, direktur pelaksana Agility Research & Strategy, yang berspesialisasi dalam konsumen kaya.

Selain itu, dia mengatakan telah terjadi pergeseran budaya sejak resesi pada tahun 2008 dan konsumen dengan kekayaan bersih yang tinggi saat ini tidak terlalu terguncang karena pengeluaran dalam perlambatan dan merasa berhak untuk membelanjakan kekayaan mereka.


(RCI/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Cerita Ngerinya Dunia Jadi Ancaman, RI Kena Getahnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular