Sri Mulyani Beberkan Gelapnya Dunia Kini, Jangan Kaget!
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan bahwa kondisi pandemi Covid-19 telah terkendali. Namun, risiko perekonomian global dan Indonesia bergeser, dari kesehatan ke geopolitik yang memicu disrupsi pasokan yang menyebabkan inflasi melesat naik.
Mantan petinggi Bank Dunia ini pun mengingatkan bahwa kondisi ini akan berdampak pada stabilitas sistem keuangan dari sektor keuangan dunia. Terbukti, sektor keuangan dunia mengalami outflow, akibat dampak apresiasi dolar AS dan kenaikan suku bunga di negara-negara maju.
"Kondisi ini akan berdampak ke stabilitas sistem keuangan dari sektor keuangan dunia, terjadi sekarang outflow, dolar indeks meningkat dan suku bunga bank-bank sentral yang maju seiring kenaikan inflasi," kata Sri Mulyani dalam program Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (LIKE IT), Jumat (12/8/2022)
Meski demikian, ekonomi Indonesia masih cukup baik. "Dengan kondisi global yang dinamis dan tidak mudah, alhamdullilah ekonomi Indonesia pada kuartal II/2022 masih sangat baik, tumbuh 5,4%,"
Kinerja positif ekonomi Indonesia ini didukung oleh kegiatan konsumsi, investasi dan pertumbuhan ekspor. Bahkan, dia menuturkan angka kemiskinan dan pengangguran Indonesia kembali menurun. Angka kemiskinan turun menjadi 9,54% dari 10 persen sebelumnya dan pengangguran telah mencapai 5,83%.
Sri Mulyani menegaskan bahwa instrumen APBN sangat penting dalam menjaga pemulihan.
Kinerja APBN sampai Juli cukup baik, penerimaan negara dari pajak, bea cukai dan PNBP meningkat kuat hingga 53 persen.
"Kinerja ini akan kita gunakan sebagai bekal untuk menangani shock yang terjadi di perekonomian kita yang berasal dari gejolak geopolitik atau disrupsi dari sisi supply dan inflasi yang mengancam di berbagai negara," tegasnya.
"APBN terus memberikan shock absorber, mengambil atau mengurangi shock dari global untuk tidak mempengaruhi besar atau berat ke dalam perekonomian atau masyarakat kita."
Sebelumnya, proyeksi suram terkait dengan prospek ekonomi global pada tahun 2023. Lembaga keuangan global ini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,2% dari sebelumnya 3,6%. Sementara itu, proyeksi tahun depan ditetapkan lebih rendah, 2,9%.
IMF pun menggunakan istilah gelap signifikan dalam proyeksinya.
(mij/mij)