
Bos Sawit, Kabar Baik Nih! Harga CPO Bakal Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) diprediksi masih dalam tren positif atau bergerak naik. Menurut Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi, saat ini pasar sedang dalam euforia merespons positif data-data ekonomi China dan AS.
"Market sedang euforia dovish pivot karena hasil rilis inflasi bagus. Ini kabar positif. Mungkin sampai akhir Agustus atau pertengahan September sampai saat kenaikan Fed Rate berikutnya," kata Lionel kepada CNBC Indonesia dikutip Jumat (12/8/2022).
Dia menambahkan, hambatan-hambatan yang sempat mengganggu rantai pasok akibat efek domino pandemi Covid-19 juga secara perlahan mulai berkurang. Di sisi lain, produksi di dalam negeri juga bagus.
"Saat ini komoditas masih dalam cycle rebound, walaupun dalam jangka panjang masih ada kemungkinan turun. Menurut saya penurunan lanjutan mungkin baru terjadi di akhir tahun atau malah tahun depan," kata Lionel.
"Konsolidasi (harga CPO) di MYR3.800-4.200 per ton," pungkas Lionel.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meramalkan harga komoditas internasional tidak akan setinggi sekarang. Baik itu harga minyak dunia, batu bara maupun CPO. Sri Mulyani memprediksi, harga CPO akan turun ke bawah US$1.000 per ton, atau sekitar MYR4.440 per ton dengan kurs saat ini.
Sri Mulyani sendiri telah menerbitkan peraturan baru mengenai pajak ekspor atas produk yang dikenakan bea keluar (BK), yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 123/PMK.010/2022 tentang Perubahan Kedua atas PMK No 39/PMK.010/2022 tentang Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan BK dan Tarif BK.
PMK baru ini diundangkan 8 Agustus 2022, berlaku 1 hari sejak diundangkan.
"Bahwa untuk mengantisipasi perubahan harga di pasaran internasional dan sejalan dengan kebijakan hilirisasi produk pertanian dan kehutanan, perlu menyesuaikan acuan rentang harga referensi akibat perubahan mekanisme penghitungan harga referensi," demikian bunyi pertimbangan PMK tersebut, dikutip Jumat (12/8/2022).
PMK No 123/2022 menurunkan batas minimal dan batas atas harga referensi untuk penetapan pengenaan tarif BK atas ekspor CPO dan turunannya. Terdapat 17 kolom tingkatan harga referensi CPO dengan besaran tarif BK berlaku yang berbeda.
Tarif BK dikenakan atas harga referensi CPO US$680 ke atas seperti tercantum di lampiran, mulai kolom 2 sampai 17. Batas atas adalah US$1.430 lebih per ton. Untuk besaran tarif BK tidak ada perubahan. Tarif BK terendah adalah US$3 per ton, sedangkan yang terbesar adalah US$288 per ton.
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) pada 8 Agustus 2022 menetapkan Keputusan Menteri Perdagangan No 1157 tahun 2022 tentang Harga Referensi CPO yang Dikenakan BK dan Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang berlaku untuk 9-15 Agustus 2022.
Di mana harga referensi yang berlaku adalah US$872,27 per ton. Artinya, sesuai PMK NO 123/2022, tarif BK CPO berlaku adalah US$52 per ton, sesuai tercantum di kolom 5 pada lampiran PMK.
Ekspor Melambat
Sementara itu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat, stok minyak sawit nasional per Juni 2022 sebanyak 6,683 juta ton. Angka ini susut dibandingkan posisi Mei 2022 di mana stok cetak rekor tahunan di 7,233 juta ton.
Ekspor sepanjang Januari-Juni 2022 tercatat 11,396 juta ton. Di mana posisi Juni 2022 melonjak jadi 2,334 juta ton dari posisi Mei 2022 yang hanya 678 juta ton.
Dibandingkan 3 tahun sebelumnya, ekspor semester-I tahun 2022 adalah terendah. Data GAPKI menunjukkan, ekspor CPO dan turunanannya pada Januari-Juni 2019 adalah 16,844 juta ton, Januari-Juni 2020 sebanyak 15,502 juta ton, dan Januari-Juni 2021 tercatat 15,777 juta ton.
"Prospek ekspor ya masih bagus sebab kebutuhan minyak nabati dunia akan selalu naik sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk dunia," kata Sekjen GAPKI Eddy Martono kepada CNBC Indonesia dikutip Jumat (12/8/2022).
"Saat ini, 65% produksi kita harus diekspor karena kebutuhan lokal hanya 35%," tambahnya.
Terkait harga, Eddy mengatakan, tergantung pada arus supply dan demand minyak nabati dunia.
"Komoditas seperti minyak sawit hal yang biasa naik maupun turun (harga)," ujarnya.
Eddy memperkirakan, ekspor minyak sawit Indonesia hingga akhir tahun 2022 kemungkinan akan lebih rendah atau sama dengan tahun 2021.
Meski sempat ada gangguan ekspor, baik di dalam negeri maupun di negara tujuan ekspor, diharapkan arus perdagangan ke luar negeri mulai Agustus ini terus meningkat.
"Karena ekspor sempat terganggu kemungkinan di 2022 ini bisa lebih rendah, maksimum sama dengan ekspor tahun 2021. Ekspor kita yg terbesar ya RBD Palm Oil dan RBD Palm Olein. Ke China jalan terus. Pasar terbesar kita masih sama dengan tahun lalu, yaitu India, Pakistan, China dan Uni Eropa," kata Eddy.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Umur Berapa Kamu Tahu Kalau Lipstik Ada Sawitnya?