
Pangkas Proyeksi Pertumbuhan PDB, Singapura Tak Setangguh RI?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Singapura memangkas kisaran perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk 2022 karena memburuknya prospek ekonomi global serta inflasi yang sangat tinggi.
Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) Singapura mempersempit kisaran pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Singapura tahun ini menjadi antara 3% hingga 4%, dari proyeksi sebelumnya 3% hingga 5%.
MTI mengatakan pemotongan prospek tersebut mempertimbangkan kinerja ekonomi Singapura pada semester pertama tahun ini, serta perkembangan ekonomi global dan domestik terkini.
Adapun, PDB Singapura tumbuh sebesar 4,4% pada secara tahunan (year-on-year/yoy) pada II/2022, sehingga pertumbuhan paruh pertama menjadi 4,1%.
Laju pertumbuhan kurang dari 4,8% yang diproyeksikan MTI pada Juli, meskipun lebih cepat dari 3,8% yang dicapai pada kuartal pertama.
Secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), ekonomi Singapura mengalami kontraksi sebesar 0,2%, berbalik dari pertumbuhan positif 0,8% pada kuartal I/2022. Hasil itu pun di bawah proyeksi sebesar 0%.
Gabriel Lim, Sekretaris Tetap untuk Perdagangan dan Industri, mengatakan lingkungan ekonomi global makin memburuk sejak proyeksi terakhir dibuat.
nf
"Tekanan inflasi yang lebih kuat dari perkiraan dan pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif sebagai tanggapan diperkirakan akan membebani pertumbuhan di negara-negara maju utama," katanya, melansir Straits Times, Kamis (11/8/2022).
"Dengan latar belakang ini, prospek pertumbuhan untuk beberapa sektor berorientasi ke luar dalam ekonomi Singapura telah melemah," tambahnya.
Survei menunjukkan bahwa sektor manufaktur Singapura tumbuh sebesar 5,7% yoy pada kuartal kedua, memperpanjang pertumbuhan 5,5% pada kuartal sebelumnya.
Pertumbuhan di sektor konstruksi meningkat menjadi 3,3% yoy, dari 2,4% yang tercatat pada kuartal sebelumnya.
Sementara itu, sektor perdagangan grosir tumbuh sebesar 1,9% yoy, lebih lambat dari pertumbuhan 4,8% yang dicapai pada kuartal pertama.
Lim juga mengatakan bahwa prospek permintaan eksternal untuk ekonomi Singapura telah melemah dibandingkan dengan 3 bulan lalu dan ada risiko penurunan lebih lanjut.
Dia mengatakan eskalasi lebih lanjut dalam konflik Rusia-Ukraina dapat memperburuk tekanan inflasi dan lebih meredam pertumbuhan global. Penyesuaian pasar yang tidak teratur terhadap pengetatan kebijakan moneter di negara maju juga dapat merusak stabilitas keuangan global, dan ada juga risiko peningkatan ketegangan geopolitik di kawasan itu.
MTI juga meyakini bahwa pandemi Covid-19 tetap berisiko, mengingat potensi munculnya jenis virus yang lebih ganas.
(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Inggris Bangkit! Cetak Pertumbuhan PDB 0,5%
