
Inflasi AS Melonjak Karena BBM, China Gegara Babi, Indonesia?

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa negara alami lonjakan inflasi yang luar biasa dalam beberapa bulan terakhir, imbas terbatasnya pasokan pasca pandemi covid-19 dan diperparah oleh perang Rusia dan Ukraina.
Amerika Serikat (AS) merupakan salah satu negara yang alami situasi tersebut. Juli 2022 inflasi memang sudah melandai ke angka 8,5% secara tahunan. Akan tetapi masih terbilang tinggi.
Lonjakan inflasi sejatinya besar dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan gas serta beberapa bahan makanan.
Bank Sentral AS merespon kondisi tersebut dengan kenaikan suku bunga acuan yang agresif, sehingga menimbulkan gejolak di pasar keuangan. Inflasi yang melandai menjadi kabar baik bagi dunia, sebab dinilai akan mengurangi agresivitas Bank Sentral AS.
"Indeks harga konsumen tidak berubah dibandingkan dengan Juni, jauh di bawah ekspektasi, sementara CPI tidak termasuk barang-barang makanan dan energi yang mudah menguap naik hanya 0,3% terkecil dalam empat bulan," ujar Departemen Tenaga Kerja AS mengutip AFP, Kamis (11/8/2022).
China juga alami lonjakan inflasi dan telah mencapai level tertinggi dalam 2 tahun terakhir pada Juli 2022.
Inflasi China pada Juli 2022 tercatat sebesar 2,7% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari inflasi pada Juni 2022 sebesar 2,5%.
Berdasarkan Biro Statistik Nasional China yang dirilis Rabu (10/8/2022), inflasi Juli 2022 tersebut jadi yang tertinggi dalam 2 tahun terakhir, tepatnya Juli 2020. Namun, besarannya masih berada di bawah proyeksi pasar sebesar 2,9%.
"Inflasi naik secara tahunan karena kenaikan harga daging babi, sayuran segar, dan makanan lainnya, serta faktor musiman", kata ahli statistik senior NBS Dong Lijuan dalam sebuah pernyataan, mengutip AFP, Kamis (11/8/2022).
Harga makanan naik 6,3% dalam setahun, dengan daging babi melonjak 20,2% pada Juli. Harga daging pokok naik sebagian karena keengganan beberapa petani untuk menjual dan peningkatan permintaan di pasaran.
Selain itu, harga bahan bakar juga lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu, kendati tingkat pertumbuhannya telah menurun.
Indonesia sendiri mengalami kenaikan inflasi dengan alasan berbeda. BBM tentu saja bukan, sebab pemerintah telah menggelontorkan subsidi sebesar Rp 502 triliun agar tidak ada kenaikan. Babi juga bukan masalah di Indonesia.
Hingga Juli 2022, inflasi Indonesia mencapai 4,94% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,35% (yoy).
Penyebabnya adalah kenaikan harga cabai, bawang merah, dan ikan segar imbas gangguan pasokan seiring dengan curah hujan yang tinggi di sejumlah sentra.
Selanjutnya ada kenaikan tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, dan rokok kretek filter, seiring dengan peningkatan mobilitas udara dan harga avtur akibat kenaikan harga komoditas energi global, penyesuaian harga energi nonsubsidi, serta transmisi kenaikan cukai rokok.
Inflasi inti Juli 2022 masih terjaga rendah sebesar 2,86% (yoy), meski sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,63% (yoy).
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Chatib Basri Buka-bukaan! Segudang Masalah Kini Ancam RI