Kalau 'Kiamat' BBM Terjadi, Pertamina Bakal Bisnis Apa?

wed, CNBC Indonesia
09 August 2022 14:11
PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus berikhtiar untuk membukukan kinerja yang positif. Pada triwulan pertama tahun 2021 ini, PT KPI sukses mencatatkan kinerja operasi yang jauh melampaui target RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan).
Foto: Dok Pertamina

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia saat ini sedang memasuki masa tansisi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT). Ditargetkan sampai pada tahun 2060, Indonesia bisa mencapai net zero emission (NZE) atau netral karbon.

Melalui netral karbon, salah satu yang akan hilang adalah bahan bakar minyak (BBM) untuk kendaraan, yang akan digantikan dengan energi ramah lingkungan, baik gas maupun listrik dari energi hijau.

Lalu, PT Pertamina (Persero) sebagai perusahaan minyak dan gas bumi (migas) nasional akan berbisnis apa ke depan, apabila era energi fosil atau BBM ini sudah habis?

Nah, salah satu yang akan dilakukan Pertamina adalah berbisnis petrokimia melalui produk olahan petrokimia. Seperti yang diketahui, Pertamina sendiri saat ini sedang menggenjot pembangunan beberapa Kilang Petrokimia. Salah satu kilang yang paling fleksibel adalah Kilang TPPI.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menyatakan, bahwa sumber daya alam Indonesia masih banyak yang bisa di improve, apalagi jika dibarengi dengan canggihnya teknologi.

"Petrokimia ini bisa untuk bahan baku farmasi. Sebagaimana diketahui bahan baku obat-obatan dikuasai beberapa negara, kita harus cari teknologinya sekarang, kalau perlu bawa investornya ke sini supaya kita mandiri di bahan obat-obatan. Di masa pandemi ini obat-obatan menjadi kunci," ungkap Nicke, Senin (8/8/2022).

Nicke mengatakan bahwa saat ini, produsen obat-obatan tidak mau berbagi teknologi. Oleh karena itu dengan sumber daya alam yang dimiliki, pihaknya akan mencari teknologi untuk bisnis di masa depan. "Hari ini teknologi kilang kita sudah sepuh, harus diupgrade karena sekarang ini baru bisa menghasilkan EURO 2, sudah tidak digunakan," ungkap dia.

Dalam catatan Pertamina, Kilang Petrokimia ini ditarget bisa melakukan produksi sampai dengan 8000 kilo ton per Annum (KTPA). Untuk Kilang Methanol, sindikasi dan studi sedang dilakukan untuk dapat menambah kapasitas produksi Methanol dari Pertamina.

Diantara proyek kilang petrokimia Pertamina adalah: Pertama, Petroleum to Pharmaceutical: Yakni pembangunan pabrik bahan baku paracetamol, yaitu para-aminphenol sebesar PAP plant 3,2 KTA. Pabrik ini diperkirakan mulai beroperasi pada tahun 2025.

Kedua, Petrochemical Jawa Barat: Yaitu pembangunan Naptha Cracker dan down stream, ditargetkan selesai pada 2029.

Ketiga, Olefin TPPI: Pembangunan PP Plant kapaistas 600 KTA, pembangunan Naptha Cracker Plant 1.000 KTA, pembangunan LDPE Plant kapaistas 300 KTA dan pembangunan HDPE/LLDPE Plant Kapasitas 700 KTA. Ditargetkan beroperasi pada 2024 dan 2025

Keempat, GRR Tuban: Kilang ini akan membuat Petchem Scope dengan produksi petchem naik sebesar 3.111 KTA (Propylene). Adapun kilang ini ditargetkan bisa berjalan pada tahun 2027.

Kelima, New PP Balongan: pembangunan PP Plant baru kapasitas 300 KT dengan target operasi tahun 2024.

Keenam, Revamp TPPI: akan meningkatkan kapasitas aromatic 600 KTA menuju 780 KTA (aromatic). Selanjutnya meningkatkan kapasitas platforming 50 kbpd samapi 55 kbpd (platforming). Ini ditargetkan bisa berjalan pada 2022 (aromatic) dan tahun 2023 (platforming).


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jika BBM 'Kiamat', Pertamina Mungkin Bisnis Obat-obatan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular