Ada Persoalan Serius, Begini Perintah Jokowi ke BMKG

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
08 August 2022 10:10
Aktivitas warga memancing di pinggir Waduk Rorotan, Jakarta Utara, Kamis (5/9). Pembangunan waduk Rorotan yang berbatasan dengan wilayah Cakung, Jakarta Timur, hingga saat ini belum menunjukkan hasil memuaskan. Pasalnya memasuki tahun keempat, pembangunan penampungan air raksasa ini belum juga rampung. Waduk seluas 25 hektar itu, tampak terlihat jelas di bagian tepi waduk. Dimana tempat penampungan air yang berlokasi dekat mall Aeon dan berbatasan dengan wilayah Jakarta Utara, hanya dipenuhi pohon kering, tanah tandus dan tumpukan batu. Warga sekitar mengatakan, hampir satu tahun ini nasib Waduk Rorotan tak jelas nasibmya. Karena sampai sekarang penampungan air raksasa itu tak bisa sepenuhnya dinikmati warga.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Waduk Rorotan, Jakarta Utara (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengidentifikasi risiko iklim dan dampaknya secara menyeluruh. Termasuk, mengidentifikasi adaptasi yang bisa dilakukan. Pasalnya, kata dia, petani kecil rentan terancam perubahan iklim sehingga perlu diantisipasi.

Perintah itu mencakup peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan peralatan untuk permodelan cuaca dan iklim yang menggabungkan informasi dari teknologi satelit. Juga, memperkuat layanan informasi BMKG dan literasi terutama di wilayah pertanian dan perikanan.

"Sehingga petani dan nelayan bisa mengantisipasi terjadinya cuaca ekstrem," kata Presiden saat memberikan arahan kunci dalam Rakornas BMKG 2022 "Peran Info BMKG Dalam Mendukung Ketahanan dan Kedaulatan Pangan Nasional ditayangkan Youtube Inf BMKG, Senin (8/8/2022).

Jokowi mengatakan, saat ini perubahan iklim yang semakin kritis menjadi tantangan. Dia pun mengutip data The World Meteorological Organization yang menyebutkan indikator perubahan iklim dan dampaknya di tahun 2021 semakin memburuk.

"7 tahun terakhir menjadi tahun dengan suhu terpanas. Ini menjadi tantangan nyata bagi kita. Penanggulangan perubahan iklim menjadi isu prioritas dan tantangan global setelah meredanya Covid-19. Dampaknya multisektoral. Salah satunya terkait bencana alam dan ketahanan pangan," kata Jokowi.

"FAO menyebutkan lebih dari 500 juta petani usaha kecil yang memproduksi lebih dari 80% sumber pangan dunia merupakan kelompok paling rentan perubahan iklim," tambahnya.

Belum lagi, imbuh dia, WHO memprediksi akan ada 13 juta orang di dunia akan kelaparan akibat terhambatnya rantai pasok. Sebagai dampak domino perang Rusia-Ukraina.

"Hati-hati, ini persoalan yang sangat serius. Perlu penanganan komprehensif. Perlu antisipasi sedini mungkin, secepat-secepatnya, sebaik-baiknya. Dampak perubahan iklim ini sangat serius," tegas Jokowi.

Untuk itu, lanjutnya, dibutuhkan kebijakan dan sistem yang teruji dan tangguh untuk menjamin ketahanan pangan yang merata dan berkesinambungan. Serta peringatan dini bencana.

"BMKG punya peran strategis mewujudkannya, khususnya terkait monitoring, prediksi, dan peringatan dini cuaca dan iklim ekstrem. Ini akan sangat membantu perumusan strategi kebijakan dan penanggulangan," pungkas Jokowi.

Termasuk, perintah Jokowi, dengan memperluas jangkauan sekolah lapang cuaca bagi petani dan nelayan.

Dalam kesempatan sama, Menko bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, perubahan iklim ekstrem berdampak bagi ketahanan pangan secara menyeluruh. Di mana tahun 2021, skor indeks ketahanan pangan Indonesia tahun 2020 mencapai 61,4 dan turun menjadi 59,2 di tahun 2021.

"Ini perlu menjadi perhatian semua. Perubahan iklim memberikan dampak cukup signifikan. Terjadinya penurunan produksi pertanian akibat terjadinya iklim ekstrem," kata Luhut. 


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alert! Ada Ancaman Ekstrem Menghadang Ketahanan Pangan RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular