Kata 5 Ahli Soal Ekonomi RI Meroket: Bagus atau Biasa Saja?

News - Tim Redaksi, CNBC Indonesia
08 August 2022 07:30
INFOGRAFIS, Kok Bisa RI Gak Bakal Terjerat Resesi? Foto: Infografis/ Resesi/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2022. Hasilnya memang menggembirakan dan membuat banyak pihak terpana.

Secara tahunan atau year on year (yoy), ekonomi tumbuh 5,44% dan dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq), ekonomi tumbuh 3,72%.

Tapi bagaimana pandangan ekonom tanah air? Berikut ulasannya!

1. Irman Faiz (Bank Danamon)

Ekonomi Indonesia didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga, terutama disebabkan oleh aktivitas yang tinggi ketika Hari Raya Idul Fitri. Dorongan berikutnya adalah dari ekspor karena lonjakan harga komoditas internasional.

Dari sisi sektoral, industri pengolahan (0,82%), transportasi (0,76%) perdagangan besar dan eceran (0,58%), serta komunikasi (0,50%) memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian.

Kuartal III-2022, pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan akan lebih tinggi. Apalagi periode yang sama tahun lalu, ekonomi Indonesia cukup rendah akibat serangan covid-19 varian delta.

Data yang mendorong pertumbuhan ekonomi Juli hingga September 2022 salah satunya adalah PMI Manufaktur yang ekspansif di level 51,3. Sementara tekanan yang patut diwaspadai adalah ketegangan geopolitik, hingga akselerasi inflasi domestik yang lebih cepat.

"Kami masih optimis dengan prospek pertumbuhan PDB 5,1% yoy untuk keseluruhan tahun," kata Irman.

2. Faisal Rachman (Bank Mandiri)

Langkah pemerintah yang melonggarkan mudik Lebaran membawa berkah ke perekonomian tanah air. Ini juga yang menjadi salah satu alasan tingginya konsumsi rumah tangga selama kuartal II-2022.

Secara lebih spesifik, tampak ada peningkatan untuk komponen makanan minuman (3,84%), pakaian, alas kaki dan jasa perawatan (5,38%), serta trasnportasi dan komunikasi (8,37%).

Faisal memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2022 akan meningkat bahkan bisa menembus di kisaran 6%.

"Konsumsi rumah tangga akan terus meningkat karena pelonggaran PPKM. Dengan konsumsi yang menguat maka produksi dan investasi akan meningkat. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III bisa mencapai kisaran 6% karena basis perhitungan yang rendah," tutur Faisal dalam Macro Brief.

Faisal menambahkan inflasi akan menjadi risiko terbesar bagi pertumbuhan ekonomi kuartal III. Lonjakan inflasi bisa menggerus daya beli. Namun, dengan windfall dari lonjakan harga komoditas maka pemerintah diharapkan bisa menahan harga BBM sehingga laju inflasi bisa terjaga. Tambahan anggaran perlindungan sosial juga diharapkan bisa mengungkit daya beli masyarakat kurang mampu.

3. Handi Risza (Universitas Paramadina)

Menurut Handi, tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga tidak hanya disebabkan oleh aktivitas Lebaran, namun juga program bantuan sosial (bansos) oleh pemerintah, untuk menjaga daya beli kelompok masyarakat bawah.

Ekspor yang masih tinggi dipengaruhi oleh lonjakan harga komoditas internasional.

Handi melihat ke depan risiko ekonomi bisa memukul kedua motor pendorong perekonomian tersebut. Seiring dengan ancaman stagflasi dan resesi pada beberapa negara. Dari dalam negeri yang patut diwaspadai adalah inflasi.

"Pemerintah perlu mengantisipasi perlambatan ekonomi global yang dapat berpengaruh pada kinerja ekspor, sementara disisi lain kenaikan inflasi dapat menahan konsumsi masyarakat. Selain itu, Pemerintah perlu membuat skala prioritas untuk pembiayaan proyek-proyek besar yang menghabiskan biaya besar. Kemudian mempersiapkan diri terhadap dampak ketidakpastian ekonomi global dan krisis ekonomi yang sudah di depan mata."

4. Anton Hendranata (BRI)

Ekonomi pada kuartal II-2022 berada di aras ekspektasi pasar maupun regulator. Maka tak salah sepertinya apabila realisasi yang baru diumumkan oleh BPS tersebtu disebut super impressive.

"Jadi kalau melihat ini semestinya kita cukup optimis pemulihan ekonomi Indonesia sudah on the track walaupun negara maju ada di kuartal II pertumbuhannya semakin melambat. Indonesia bahkan lebih tinggi," kata Anton.

Meski demikian, pemerintah harus tetap fokus sebab tantangan di kuartal selanjutnya semakin berat. Konsumsi yang menjadi penopang di dua kuartal terakhir harus dipertahankan.

"Kuartal III tetap harus hati-hati karena ada tekanan inflasi di global akibat komoditas energi yang naik signifikan," jelasnya.

Apalagi negara mitra dagang utama Indonesia alami perlambatan ekonomi hingga resesi. Dampak yang kemudian timbul adalah permintaan terhadap barang dari tanah air akan ikut melemah.

Anton masih melihat ekonomi 2022 bisa di level 5%.

5. Willem Makaliwe, LM FEB UI

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,44% menurut Wilem sangat wajar. Di satu sisi ada peningkatan konsumsi akibat pelonggaran aktivitas ketika Hari Raya Idul Fitri dan di sisi lain harga komoditas internasional yang terus melambung ketika perang Rusia - Ukraina meletus.

Hal ini melanjutkan tren positif dari pemulihan ekonomi nasional sejak tahun lalu. Dalam dua kuartal terakhir saja ekonomi bisa tumbuh di atas 5%.

"Kalau kita sudah lebih dua kuartal positif, berarti kita dalam periode recovery," kata Willem.

Tekanan akan semakin berat di kuartal selanjutnya. Satu hal yang mesti diwaspadai adalah China yang ekonominya terus memburuk.

"Perlu sangat hati-hati ekonomi China baik secara internal. Karena ada tema properti, ini bahaya. pada 1998, 2008. Properti kalau goyang akan pengaruhi banking. Salah satu yang kita sangat antisipasi adalah itu berjaga-jaga diri dan jangan terlalu confident," pungkasnya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Negara yang Diramal Lolos Badai Resesi, Ini Tanda-tandanya!


(mij/mij)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading