Analisis Teknikal

Sedang Strong, Mata Uang Garuda Masih Bisa Nanjak Lagi

Putra, CNBC Indonesia
08 August 2022 06:45
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah masih melemah sepanjang minggu lalu, meski mendapat angin segar dari rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2022 yang impresif.

Di pasar spot, rupiah melemah 0,4% terhadap dolar AS secara mingguan dan ditutup di Rp 14.890/US$.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 5,44% yoy pada kuartal II-2022, lebih tinggi dari perkiraan konsensus 5,17% yoy.

Namun setidaknya ekspektasi ekonom yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi bisa lebih dari 5% terbukti sehingga membuat selera risiko investor membaik.

Di sisi lain pasar saham juga mencatatkan adanya inflow dana asing sebesar Rp 3,76 triliun di sepanjang pekan lalu.

Namun dua katalis tersebut masih belum mampu membuat nilai tukar rupiah bergerak menjauhi level Rp 14.900-15.000.

Bahkan tekanan terhadap rupiah sampai harus membuat Bank Indonesia (BI) turun tangan melakukan stabilisasi yang menggerus cadangan devisa.

BI melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia bulan Juli 2022 turun US$ 4,2 miliar menjadi US$ 132,2 miliar dikarenakan untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar.

Analisis Teknikal

TeknikalFoto: Teknikal
Teknikal

Pergerakan Rupiah dianalisis berdasarkan periode harian (daily) dan menggunakan indikator Bollinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). 

Berdasarkan indikator BB, pergerakan rupiah mendekati batas bawah BB terdekat di Rp 14.852.

Pergerakan Rupiah juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 20-30 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 70-80. Posisi RSI Rupiah cenderung turun ke 46,91.

Apabila menggunakan indikator teknikal lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis EMA 12 sudah memotong garis EMA 26 dari atas dan bar histogram bergerak di zona negatif.

Melihat berbagai sentimen yang ada dan indikator teknikal, peluang penguatan Rupiah sebenarnya masih terbuka.

Namun Rupiah perlu tembus level psikologis Rp 14.850 terlebih dahulu untuk mengkonfirmasi pola uptrend, sedangkan level support terdekat di Rp 14.960.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular