Bukan Pekan Terbaik Bagi Rupiah: 'Digebuk' Dolar AS

Market - Chandra Dwi, CNBC Indonesia
06 August 2022 13:00
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang rupiah sepanjang pekan ini terbilang kurang menggembirakan, di mana pada pekan ini rupiah terpantau melemah dihadapan dolar Amerika Serikat (AS).

Melansir dari Refinitiv pada pekan ini, rupiah melemah 0,4% secara point-to-point (ptp) dihadapan dolar AS, meski pada perdagangan Jumat (5/8/2022) kemarin ditutup menguat 0,27% ke posisi Rp 14.890/US$.

Indeks dolar AS (DXY), yang mengukur kinerja greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya pada pekan ini memang cenderung menguat yakni 0,68% (ptp). Dengan indeks dolar AS yang masih menguat, maka rupiah pun masih terpuruk pada pekan ini.

Padahal pada pekan ini, sentimen pasar di dalam negeri cenderung positif. Namun di luar negeri, sentimen pasar memang cenderung beragam.

Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari perekonomian RI yang tumbuh positif pada kuartal kedua tahun 2022.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal II-2022 tumbuh 5,44% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau year-on-year (yoy). Sedangkan dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq), ekonomi tumbuh 3,72%.

"Pertumbuhan ekonomi secara qtq 3,72% dan yoy sebesar 5,44%," ungkap Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Jumat (5/8/2022) pagi hari ini.

Realisasi tersebut bahkan lebih tinggi dari polling Reuters sebesar 5,13% (yoy).

Margo menyebut pertumbuhan ekonomi yang impresif itu ditopang oleh perkembangan harga komoditas. Peningkatan harga komoditas menyebabkan Indonesia menikmati surplus neraca perdagangan US$ 15,55 miliar pada kuartal II-2022.

"Indonesia mendapatkan windfall dan harga komoditas di pasar global," ujar Margo.

Selain itu, Hari Raya Idul Fitri juga memicu peningkatan konsumsi masyarakat yang merupakan kontributor terbesar PDB. Di kuartal II lalu, pertumbuhan konsumsi tercatat sebesar 5,51% dengan distribusi ke PDB 51,47%.

Selanjutnya adalah pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang tumbuh 3,07% atau distribusi 27,31% dan ekspor tumbuh 19,74% atau distribusi 24,6%.

Secara umum suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika PDB mengalami kontraksi dalam dua kuartal beruntun secara tahunan. Dengan PDB Indonesia yang masih tumbuh, bahkan lebih tinggi lagi, resesi tentunya semakin jauh dari Tanah Air.

Namun, ada sedikit kabar kurang menggembirakan yang juga datang di dalam negeri, di mana cadangan devisa (cadev) RI terpantau menyusut.

Bank Indonesia (BI) pada Jumat kemarin melaporkan cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2022 sebesar US$ 132,2 miliar. Berkurang US$ 4,2 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Cadangan devisa Indonesia kini berada di posisi terendah sejak Juni 2020.

Anjloknya cadangan devisa tersebut menjadi yang terbesar sejak Maret 2020 atau awal pandemi penyakit virus corona (Covid-19).

"Penurunan posisi cadangan devisa pada Juli 2022 antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global," ungkap keterangan tertulis BI, Jumat (5/8/2022) kemarin.

Sentimen Global Cenderung Beragam
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :
1 2

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading