Internasional

China Vs Taiwan Makin Panas! Perang Dunia 3 di Depan Mata?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
06 August 2022 08:00
Angkatan udara dan angkatan laut dari Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) melakukan pengisian bahan bakar udara di lokasi yang tidak diketahui di China, Kamis (4/8/2022). China melakukan
Foto: Angkatan udara dan angkatan laut dari Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) melakukan pengisian bahan bakar udara di lokasi yang tidak diketahui di China, Kamis (4/8/2022). China melakukan "serangan rudal presisi" Kamis di perairan lepas pantai Taiwan sebagai bagian dari latihan militer yang telah meningkatkan di kawasan itu. (Xinhua via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taiwan telah meningkatkan kewaspadaan China terkait dukungan negara lain untuk pulau yang diklaim sebagai bagian dari Negeri Tirai Bambu tersebut.

China, yang menganggap Taiwan bagian dari wilayahnya, bereaksi dengan keras terhadap kunjungan itu dan memulai empat hari latihan militer langsung di enam zona di sekitar pulau tersebut. Beberapa di antaranya melanggar batas perairan teritorial Taiwan.

Sebagai tanggapan, Taiwan menuduh Beijing memberlakukan blokade de facto dan mengatakan pihaknya "mempersiapkan perang tanpa mencari perang".

Lalu apakah hal ini dapat berpotensi memicu Perang Dunia 3?

Kishore Mahbubani, diplomat veteran dan akademisi asal Singapura, mengatakan meskipun China ciptakan ketegangan hingga memimbulkan kekhawatiran banyak negara kawasan seperti Singapura hingga Filipina, tapi negara Presiden Xi Jinping itu tidak akan memulai perang.

"Apa yang negara-negara di kawasan ini ketahui adalah bahwa China tidak dapat melakukan apa-apa, itu akan terlihat lemah," kata Mahbubani, melansir NPR, Sabtu (6/8/2022). "China tidak punya pilihan selain bereaksi. Pada saat yang sama, China tidak ingin memulai Perang Dunia III."

Diseret ke dalam konflik AS-China atas Taiwan menjadi salah satu daftar kecemasan bagi sebagian besar sekutu dan mitra AS, kata Gregory Poling dari Pusat Studi Strategis dan Internasional.

"Kunjungan Pelosi akan dipandang sebagai, paling banter, berisiko bagi sebagian besar pemerintah daerah," katanya. "Negara-negara di kawasan itu tidak ingin AS tampak seperti macan kertas, yang katanya hanya akan mendorong intimidasi lebih lanjut oleh China."

Pakar maritim yang berbasis di Manila, Jay Batongbacal, mengatakan kunjungan Pelosi tidak sembrono atau layak mendapat ancaman aksi militer China, yang ia sebut sebagai berlebihan dan tidak proporsional.

"Beijing menghipnotis apa yang seharusnya menjadi peristiwa kecil," katanya. "Pelosi memberi China kesempatan untuk memicu konfrontasi, dan retorika China terdengar seperti memanjakan pertarungan."

Dewi Fortuna Anwar, analis di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) juga mengatakan jika terjadi perang antara kedua negara, tidak akan ada yang menjadi pemenang.

"Tidak akan ada pemenang dalam konflik militer," kata Anwar. "Kami terlalu terintegrasi sekarang. Jika Anda mengganggu perdagangan di Selat Taiwan dan Laut China Selatan, seluruh ekonomi Asia Tenggara akan hancur."

Sebagaimana diketahui, China memandang Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri dan demokratis sebagai bagian dari wilayahnya dan telah berjanji suatu hari akan mengambilnya, dengan paksa jika perlu.

Sikap China tersebut dilihat sebagai eskalasi hubungan yang tidak dapat diterima antara Washington dan para pemimpin pro-kemerdekaan Taiwan saat ini.

Pelosi sendiri telah lama menjadi kritikus China dan pendukung demokrasi Taiwan. Dia adalah ketua DPR AS pertama yang berkunjung dalam 25 tahun, karena para pejabat AS umumnya menghindari tindakan apa pun yang dapat memicu konflik militer.


(tfa/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Di Ambang Perang dengan China, Presiden Taiwan 'Turun Gunung'

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular