
Ekonomi Membaik, Okupansi Mal Diproyeksi Tembus 80%

Jakarta, CNBC Indonesia - Keterisian ruang pusat perbelanjaan dikabarkan mulai meningkat, meski belum pulih seperti sebelum pandemi. Hingga akhir tahun diproyeksikan terjadi peningkatan sekitar 10% dari tahun lalu.
Ketua Umum DPP Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja menjelaskan wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya terdampak paling dalam imbas pandemi, di mana ada pembatasan yang cukup ketat.
Alhasil, occupancy rate secara nasional atau keterisian ruang mal oleh peritel turun mencapai 20%, menjadi 70% dari rata-rata sebelum pandemi 90%.
Alphonzus mengatakan sejalan dengan meningkatnya kunjungan mal, maka saat ini mulai banyak peritel yang melakukan ekspansi. Sebelumnya, banyak pengusaha yang wait and see untuk melakukan ekspansi.
"Sebelumnya menunda untuk membuka usaha baru karena gak mau ambil risiko, tapi beberapa waktu kemudian sudah perlahan naik, tingkat kepercayaan ini naik, tingkat kunjungan naik," katanya.
Dengan demikian, setidaknya sampai akhir tahun diperkirakan keterisian ruang mal diperkirakan akan naik pada level 80%.
"Sebelumnya seperti Giant tutup, Centro tutup, tapi beberapa waktu terakhir banyak lagi ritel yang buka, seperti Ikea buka, beberapa mereka juga buka, sehingga yang tadinya berada di 70% kini bisa mencapai 80% secara nasional akhir tahun 2022," kata Alphonzus.
Optimisme datang dari penanganan Covid-19 yang dinilai cukup terkendali ditambah dengan indikator perekonomian yang membaik, meski ada sentimen negatif dari perang Rusia dan Ukraina.
Sementara itu, dari tingkat kunjungan, Alphonzus menjelaskan pada semester kedua ini sudah jauh lebih baik dari 2020 atau 2021, di mana pada tahun 2020 hanya sekitar 50%, sedangkan pada tahun ini rata-rata mencapai 70%-80%.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DPD DKI Jakarta, Ellen Hidayat menjelaskan pada saat pandemi okupansi mal di DKI Jakarta mengalami penurunan 10%-15%, sehingga terlihat masih ada ruang mal yang yang kosong.
"Sebagian pusat belanja untuk menjangkau okupansi keterisian mencapai 85% itu sudah bagus. memang kalau bapak ke pusat belanja terlihat masih ada tutup tutup, tapi memang juga ada yang menggembirakan karena ada pengusaha yang masih tetap membuka usaha," katanya.
Menurutnya pengusaha ritel untuk jeli melihat peluang, karena bargaining dari peritel yang lebih besar dari pusat belanja saat ini untuk mendapatkan lokasi yang lebih baik.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Ada Lagi Mal Baru di Jakarta, Kota Ini Malah Tambah Lagi