Pak Jokowi Tolong! Kasus Covid RI Meledak 254% Dalam Sebulan

Maesaroh, CNBC Indonesia
01 August 2022 12:31
Pasien membawa koper untuk melakukan isolasi di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kamis (3/2/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Pasien membawa koper untuk melakukan isolasi di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kamis (3/2/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyebaran Covid-19 di Indonesia melonjak drastis selama Juli. Dalam sepekan terakhir, angka kematian bahkan selalu menembus double digit.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tambahan kasus Covid-19 selama sepekan terakhir (25-31 Juli) menembus 38.756, atau melesat16,1% dibandingkan pekan sebelumnya yang mencapai 33.389.


Tambahan kasus mingguan dalam sepekan terakhir juga menjadi yang tertinggi sejak pekan ketiga Maret 2022 atau dalam empat bulan terakhir. Pada pekan ketiga Maret (21-27 Maret 2022), tambahan kasus Covid menembus 36.470. Dengan kenaikan pada sepekan terakhir berarti kasus Covid-19 di Indonesia sudah meningkat selama 10 pekan lebih.



Masih tingginya penyebaran Covid-19 pada pekan terakhir adalah bukti bahwa Covid-19 masih meledak hingga minggu ke empat bulan lalu. Kondisi ini juga menguatkan perkiraan Kementerian Kesehatan jika lonjakan Covid-19 di Indonesia akan lebih lama daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Semula, lonjakan Covid-19 diperkirakan akan mencapai puncak pada minggu kedua dan ketiga Juli.

Dengan tambahan kasus sebanyak 38.756 pada minggu ke empat maka total kasus Covid-19 yang dilaporkan Indonesia selama Juli menembus 118.638. Jumlah tersebut melesat 254,3% dibandingkan Juni dan melonjak 1.351% dibandingkan Mei.

Tambahan kasus pada Juli juga menjadi yang tertinggi sejak Februari tahun ini atau saat puncak gelombang III akibat varian Omicron melanda Indonesia. Pada bulan tersebut, Indonesia melaporkan kasus sebanyak 448.370.

Kasus Covid-19 di Indonesia mulai melonjak pada akhir Mei tahun ini seiring masuknya subvarian BA.4, BA.5. Tambahan kasus pada Selasa-Kamis pekan lalu bahkan selalu di atas 6.000 per hari. Padahal, Indonesia tidak pernah melaporkan tambahan kasus di atas 5.000 per hari sejak 23 Maret lalu.

Jakarta, Jawa Barat, dan Banten masih menjadi episentrum penyebaran subvarian Omicron BA.4, BA.5. Selama Juli tahun ini, tambahan kasus Covid di Jakarta mencapai 61.096 sementara Jawa Barat sebanyak 21.993 dan Banten sebanyak 19.336.

Tidak hanya kasus positif, angka kematian juga meledak pada Juli 2022. Jumlah kasus kematian pada bulan lalu mencapai 256 jiwa, melonjak 76,6% dibandingkan pada Juni yang tercatat 145 jiwa. Sepekan terakhir, kasus kematian juga selalu menembus di atas double digit. Selain itu, kasus kematian menembus 91 jiwa atau naik 71,7% dibandingkan pekan sebelumnya. Kasus kematian double digit selama sepekan belum pernah dilaporkan Indonesia sejak pertengahan Mei 2022.

Angka positivity rate selama Juli tahun uni juga ada di angka 6,32%, melonjak dibandingkan 2,23% yang tercatat pada Juni. Positivity rate pada Juli sudah di atas ambang batas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yakni 5%. 
Dalam empat hari terakhir, positivity rate bahkan di atas 11%, tertinggi sejak 13 Maret.



Data Kementerian Kesehatan hingga 30 Juli 2022 asesmen situasi Covid-19 di DKI Jakarta berada pada level 3, dengan kasus konfirmasi pada level 4 atau 173,24/100.000 penduduk. Dengan tren perawatan di rumah sakit isolasi dan ICU juga meningkat menjadi 12,7%.

Tren peningkatan perawatan juga terjadi di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Kemayoran, hingga 31 Juli 2022 jumlah pasien yang dirawat adalah 192 orang. Jumlah tersebut berkurang empat orang dibandingkan hari sebelumnya, dengan keterisian kapasitas tempat tidur perawatan sebesar 4,68% dari total 3.801 tempat tidur.

Dicky Budiman, epidemiolog dan peneliti Indonesia dari Universitas Griffith, Australia, mengingatkan kasus Covid-19 di Indonesia masih jauh dari puncak atau melanda meskipun dalam dua hari terakhir sudah menurun.

"Yang kita hadapi saat ini adalah BA.4, BA.5 yang kemampuan menginfeksi dan reinfeksinya sangat tinggi. Jumlah kasus bisa jadi lebih banyak dibandingkan saat gelombang Delta," tutur Dicky, kepada CNBC Indonesia.

Dia menambahkan jumlah kasus di Indonesia jauh lebih kecil dibandingkan faktual nya karena rendahnya testing dan tracing. Dalam catatan BNPB, rata-rata jumlah orang yang melakukan tes Covid selama Juli tercatat 61.008 orang.

Jumlah tersebut sebenarnya lebih tinggi dibandingkan Juni yakni 49.192. Namun, rata-rata yang diperiksa pada Juli jauh di bawah Februari 2022 di mana pada saat itu rata-rata harian orang yang menjalani tes Covid-19 lebih dari 276 ribu.

Melemahnya tracing dan testing menurutnya memang tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi di hampir semua negara. Pasalnya, pelonggaran mobilitas sudah banyak diberikan. Imunitas yang meningkat akibat vaksinasi juga membuat masyarakat dan pemerintah optimis jika angka kesakitan akan lebih sedikit dibandingkan gelombang sebelumnya. Namun, ada bahaya yang mengancam jika tracing dan testing tidak dilakukan dengan memadai.

"Akan banyak kasus yang luput dari kita, terutama kepada kelompok rentan. Ini bisa berbahaya karena akan menajdi tsunami long covid. Ini bisa terjadi 5-10 taun ke depan sehingga ganggu kualitas kesehatan masyarakat," ujarnya.

Dicky berharap pemerintah meningkatkan tracing dan testing serta vaksinasi booster untuk menekan kasus.
Pasalnya, pengetatan mobilitas secara drastis akan sulit dilakukan dan membutuhkan ongkos mahal.

Hingga kemarin, jumlah penerima vaksinasi booster baru mencapai 56, 11 juta atau 27% dari target.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

 


(mae/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waspada! Kasus Covid di RI Naik Lagi, Tertinggi Dalam 3 Pekan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular