Update Terbaru: Rusia Masih Bombardir Ukraina, Ini Detailnya

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Minggu, 31/07/2022 17:00 WIB
Foto: Petugas penyelamat membantu evakuasi warga atas serangan rudal di Mykolaiv, Ukraina, 29 Juni 2022. (via REUTERS/JULIE AKIMOVA - NEWS.PN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasukan Rusia terus membombardir sejumlah kota di Ukraina. Seperti dilansir AFP, Pemerintah Mykolaiv, salah satu kota di selatan Ukraina, mengeklaim pengeboman yang dilakukan Rusia tadi malam menewaskan satu orang.

"Mykolaiv menjadi sasaran penyerangan massal hari ini. Mungkin yang terkuat sejauh ini. Ledakan kuat terdengar setelah pukul satu pagi dan sekitar pukul lima pagi," tulis Wali Kota Mykolaiv Oleksandr Senkevych via akun Telegram, Minggu (31/7/2022).

Selain satu orang korban tewas, Senkevych bilang kalau ada dua orang terluka dalam serangan itu.



Serangan Rusia juga menyasar wilayah timur laut Ukraina meliputi Kharkiv dan Sumy.

"Hari ini serangkaian ledakan terjadi... beberapa bangunan dilaporkan rusak," ujar Wali Kota Kharkiv Igor Terekhov.

Wali Kota Sumy Dmytro Zhyvytsky mengatakan kalau 50 serangan Rusia telah menyebabkan satu orang tewas dan dua terluka.

Sedangkan Gubernur Donetsk, wilayah yang jadi fokus serangan Rusia, Pavlo Kyrylenko mengatakan tiga warga sipil tewas dan delapan terluka dalam serangan Sabtu lalu. 


Perang Rusia kontra Ukraina memang masih terus berlangsung meski sudah ada kesepakatan antara kedua negara. Bahkan kesepakatan terkait pembukaan jalur ekspor di Laut Hitam itu terancam kandas.

Pasalnya, Rusia melancarkan serangan ke Pelabuhan Odesa di Ukraina, 12 jam setelah mengikat perjanjian itu di Istanbul, Turki. Pelabuhan tersebut merupakan titik penting ekspor komoditas Ukraina seperti biji-bijian dan gandum.

Hal itu pun menyulut murka Ukraina. Mereka merasa Rusia telah mempermainkan kesepakatan melanjutkan ekspor 20 juta ton biji-bijian untuk mengatasi kelaparan di sebagian besar dari dunia berkembang

Sesaat setelah serangan Kedutaan Ukraina di Ankara langsung mengunggah pernyataan terkait hal tersebut.

"Butuh waktu kurang dari 24 jam bagi Federasi Rusia untuk meluncurkan serangan rudal ke pelabuhan Odesa untuk mempertanyakan perjanjian dan janji yang dibuat untuk PBB dan Turki dalam dokumen yang ditandatangani di Istanbul kemarin," kata pernyataan Kedutaan Ukraina di Istanbul, seperti dikutip oleh The Guardian, Minggu (31/7/2022).

"Rudal Rusia yang ditembakkan ke Odesa pada dasarnya seperti ludah Vladimir Putin yang dilemparkan ke wajah Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dan Presiden Turki Recep Erdoğan, yang melakukan upaya besar untuk mencapai kesepakatan yang disyukuri Ukraina," lanjutnya.

Menurut pernyataan, Ukraina menekankan perlunya implementasi perjanjian yang ketat tentang pembaruan ekspor aman produk pertanian Ukraina dari tiga pelabuhan (Odesa, Chornomorsk, dan Yuzhnoye) di seberang Laut Hitam.

"Kami menyerukan PBB dan Turki untuk memastikan bahwa Rusia memenuhi kewajibannya dalam kerangka operasi yang aman dari koridor gandum. Rusia akan bertanggung jawab penuh atas pendalaman krisis pangan global jika kesepakatan yang dicapai tidak terpenuhi," tambahnya.

Serangan di Odesa sendiri merupakan salah satu dari serangkaian serangan Rusia di Ukraina, dengan kota Kropyvnytsky dihantam oleh 13 rudal pada Sabtu pagi.

Sebelumnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan perjanjian tersebut menawarkan kesempatan untuk mencegah bencana global kelaparan yang dapat menyebabkan kekacauan politik di banyak negara di dunia.

"Khususnya di negara-negara yang membantu kami," ujarnya.




(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Mau Damai Dengan Ukraina, Rusia Beri Syarat Penyerahan Wilayah