Internasional

Ribuan Orang Terkurung di Donetsk, Zelensky Minta Evakuasi

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
31 July 2022 09:00
Local residents walk near their residential building damaged by a Russian military strike, amid Russia's invasion on Ukraine, in the town of Chasiv Yar, in Donetsk region, Ukraine July 10, 2022. REUTERS/Gleb Garanich
Foto: REUTERS/GLEB GARANICH

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada hari Sabtu, (30/7/2022) bahwa pemerintahnya memerintahkan evakuasi wajib orang-orang di wilayah Donetsk timur. Hal ini terjadi saat pertempuran antara Kyiv dan Rusia di wilayah itu berlangsung cukup sengit.

Dalam pidato televisi larut malam yang diwartakan Reuters, Zelensky juga mengatakan ratusan ribu orang yang masih berada di zona pertempuran yang berada Donetsk serta wilayah tetangga Luhansk. Ia mengatakan warga harus pergi agar tidak dibunuh Rusia

"Semakin banyak orang meninggalkan wilayah Donetsk sekarang, semakin sedikit orang yang akan dibunuh oleh tentara Rusia," katanya, seraya menambahkan bahwa penduduk yang pergi akan diberikan kompensasi.

"Banyak yang menolak pergi tapi tetap harus dilakukan. Jika Anda memiliki kesempatan, tolong bicara dengan mereka yang masih berada di zona pertempuran di Donbas. Tolong yakinkan mereka bahwa sangat diperlukan untuk pergi."

Secara terpisah, media Ukraina mengutip Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk yang mengatakan evakuasi perlu dilakukan sebelum musim dingin dimulai karena pasokan gas alam di kawasan itu telah hancur.

Ini bukan pertama kalinya pihak berwenang Ukraina menyerukan warga sipil untuk mengevakuasi daerah yang mereka kuasai di Donetsk. Mantan Duta Besar (Dubes) AS untuk Ukraina John Herbst menyebut bahwa hal itu mungkin disebabkan oleh ekspektasi pertempuran yang lebih berat daripada kekurangan bahan bakar.

"Saya tidak tahu mengapa Zelensky mengeluarkan panggilan itu. Yang saya tahu adalah bahwa telah terjadi pertempuran sengit di Donetsk. Rusia merebut (tetangga) Luhansk (oblast) beberapa minggu yang lalu. Saya memperkirakan pertempuran sengit lebih lanjut di Donetsk," ujarnya.

Herbst berpandangan Rusia tidak akan mampu untuk merebut sisa Donetsk mengingat jalur logistik yang lebih panjang yang akan mereka butuhkan dan penggunaan artileri jarak jauh. Selain itu, Moskow juga menghadapi sistem roket oleh pasukan Ukraina yang disediakan negara-negara seperti Amerika Serikat (AS)

Wilayah Donetsk dan Luhansk sendiri merupakan titik awal konflik antara Rusia dengan Ukraina. Kedua wilayah itu sendiri hampir separuhnya telah dikuasai pemberontak pro-Moskow sejak 2014 lalu.

Dalam meluncurkan serangannya ke Ukraina pada 24 Februari lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan warga berbahasa Rusia di dua wilayah itu telah mendapatkan persekusi dari kelompok ultranasionalis yang didukung oleh rezim Kyiv.

Selain itu, Putin juga berpandangan bahwa niatan Ukraina untuk bergabung kepada aliansi pertahanan pimpinan Amerika Serikat (AS), NATO, juga telah mengancam keamanan negaranya. Pasalnya, NATO merupakan rival dari Moskow dan Kyiv dapat menggunakan pasal 5 aliansi itu untuk menyerang beberapa wilayah yang telah dikuasai Rusia sejak 2014 lalu seperti Krimea.

Meski peperangan sejauh ini hanya terjadi antara kedua negara, dampak krisis akibat perang ini sudah dirasakan oleh dunia. Selain kekurangan pangan akibat terhentinya pengiriman dari Ukraina, terjadi juga krisis energi yang disebabkan embargo Barat atas sumber energi dari Rusia.

Terkait pertempuran keduanya, baik Rusia dan Ukraina masih terus melakukan serangan hingga saat ini. Ukraina diketahui mulai melancarkan serangan balik ke pihak Rusia dengan bantuan rudal HIMARS dari AS.


(tps/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Makin Gila! Rusia Patahkan Serangan Besar Ukraina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular