Internasional

Adu Jago Biden-Putin! Ekonomi AS Resesi, Rusia Masih Sakti?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
29 July 2022 15:09
GENEVA, SWITZERLAND - JUNE 16: U.S. president Joe Biden (L) and Russian President Vladimir Putin meet during the U.S.-Russia summit at Villa La Grange on June 16, 2021 in Geneva, Switzerland. Biden is meeting his Russian counterpart, Putin, for the first time as president in Geneva, Switzerland. (Photo by Peter Klaunzer - Pool/Keystone via Getty Images)
Foto: Getty Images/Pool

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) secara resmi resesi, Kamis (28/7/2022). Produk Domestik Bruto (PDB) berkontraksi alias negatif dua kuartal berturut-turut dalam satu tahun.

Pada kuartal II-2022, PDB AS tercatat 0,9% (yoy). Ini melanjutkan kontraksi kuartal I-2022 yang sebesar 1,6%.

Kemungkinan AS resesi sudah digembar-gemborkan sejumlah analis beberapa pekan belakangan. Warga AS dalam sebuah survei Bloomberg bulan lalu, juga sudah percaya mereka telah mengalami resesi, berdasar survei CivicScience.

Indeks Kesengsaraan (Misery Index) yang mengukur tingkat kesulitan ekonomi yang dirasakan masyarakat juga mulai menanjak.

Data dipublikasikan oleh Federal Reserve Economic Data (FRED), mencapai 12% pada Mei lalu, level yang sama pada awal pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) dan awal krisis finansial 2008.

Sementara itu, Inflasi AS saat ini mencapai 9,1% (yoy) di Juni. Ini tertinggi dalam lebih dari 40 tahun terakhir yang membuat daya beli masyarakatnya tergerus.

"Masyarakat semakin miskin ... Benar-benar terasa seperti resesi," kata Ludovic Subran, kepala ekonom di Allianz SE kala itu.

Namun dalam pernyataannya baik Presiden AS Joe Biden maupun Menteri Keuangan Janet Yellen hingga bos bank sentral The Fed, Jerome Powell, menolak itu. Mereka mengacu pada data pekerjaan yang masih baik.

"Resesi, adalah pelemahan ekonomi kita yang luas yang mencakup PHK besar-besaran, penutupan bisnis, ketegangan dalam keuangan rumah tangga dan perlambatan aktivitas sektor swasta," tegas Yellen dimuat CNBC International, Jumat.

"Itu bukan apa yang kita lihat sekarang ... Ketika Anda melihat ekonomi, penciptaan lapangan kerja terus berlanjut, keuangan rumah tangga tetap kuat, konsumen belanja dan bisnis tumbuh," tambahnya.

IMF sendiri dalam rilis terbarunya menyebut outlook ekonomi dunia gelap signifikant. Pertumbuhan ekonomi AS tahun ini hanya akan sebesar 2,3%.

Rusia Masih Sakti?

Sementara itu, saat ini ekonomi Rusia dianggap masih sakti. Meski belum resmi merilis data ekonomi di kuartal-II 2022, ekonomi Rusia dianggap mampu bertahan dari 'badai' sanksi dengan baik.

Alasannya, melambungnya harga energi telah menjadi penyelamat Negeri Beruang Merah itu. Hal ini setidaknya juga dikatakan IMF dalam laporan barunya.

Berdasarkan World Economic Outlook terbarunya, IMF menaikkan proyeksi pertumbuhan PDB hingga 2,5% pada tahun ini. Angka tersebut dianggap luar biasa kendati pertumbuhan ekonominyadi 2022 masih diramal terkontraksi sebesar 6%.

"Ekonomi Rusia diperkirakan mengalami kontraksi selama kuartal kedua kurang dari yang diproyeksikan sebelumnya, dengan ekspor minyak mentah dan non-energi bertahan lebih baik dari yang diharapkan," kata laporan itu.

Di sisi inflasi, Rusia di bawah Presiden Vladimir Putin termasuk sukses mengendalikan inflasi. Saat bank sentral di negara Barat saat ini sedang agresif menaikkan suku bunga guna meredam tingginya inflasi, Rusia justru terus memangkasnya.

Juni lalu Inflasi di Rusia tembus 15,9% (yoy), turun dari bulan sebelum 17,1%. Memang inflasi tersebut masih jauh dari target CBR sebesar 4%, tetapi sudah turun dari rekor tertinggi 20 tahun 17,8% yang disentuh pada April lalu.


(tfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh, Negara Raksasa Ini Diramal Resesi di 2025

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular