
Strategi Eropa Lawan 'Perang Gas' Rusia Bisa Jadi Bumerang

Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana pemotongan suplai gas Rusia yang dialirkan Gazprom ke Eropa mulai hari ini telah mendapat respons dari para pemimpin Benua Biru. Namun, hal itu bisa menjadi bumerang.
Mereka menegaskan komitmennya untuk mengurangi ketergantungan terhadap gas Rusia, sekaligus menyetujui rancangan undang-undang (RUU) untuk menurunkan permintaan hingga 15% demi menghemat cadangan.
Hal itu dilakukan sebagai antisipasi manakala Rusia kembali menggunakan 'senjatanya' tersebut dengan melakukan potongan pasokan lebih lanjut.
Hanya saja, rencana penjatahan gas tersebut juga nyatanya tak disepakati dengan suara bulat. Sejumlah negara memiliki perbedaan pendapat.
Hal itu pun menjadi sesuatu yang 'wajar' di mata para ekonom karena penjatahan penggunaan gas pasti akan berdampak pada sejumlah industri di Eropa.
"Penjatahan terutama akan berdampak pada industri padat energi seperti pembuat mobil, perusahaan kimia, dan penambangan kripto. Hal itu tidak dapat dikesampingkan, "Simon Tucker, kepala energi, utilitas, dan sumber daya global di Infosys Consulting kepada CNBC International, dikutip Rabu (27/7/2022).
Menurutnya, negara-negara Eropa harus melakukan semua yang mereka bisa untuk mengisi kembali cadangan gas sebelum cuaca dingin. Ini berarti tak sekadar mengurangi penggunaan energi, tetapi juga meningkatkan pasokan.
"Kami sudah melihat peningkatan besar dalam pengiriman LNG dari Timur Tengah dan Amerika Utara, tetapi negara-negara perlu mempercepat modernisasi infrastruktur mereka sendiri. Pengerahan massal alternatif energi domestik rendah karbon seperti reaktor nuklir mini dan energi terbarukan masyarakat bukan hanya 'menyenangkan untuk dimiliki', tetapi juga penting jika kita ingin keluar dari krisis ini dengan lebih kuat," jelasnya.
Masalahnya, program modernisasi infrastruktur tersebut dinilai membutuhkan waktu yang lama sehingga Eropa kemungkinan akan merasakan lebih banyak kesulitan ekonomi dalam waktu dekat.
Bahkan, ekonom dan ahli strategi Citi menilai kemungkinan resesi di Eropa kian jelas.
"Ketika rencana penjatahan energi untuk musim dingin disepakati, kami memprediksi bahwa kondisi keuangan yang lebih ketat di Eropa akan menyebabkan reaksi yang jauh lebih buruk dalam ekonomi riil, mengingat sikap dalam tabungan, leverage rumah tangga, dan neraca perusahaan. Musim dingin sedang 'mengetuk pintu' Eropa," tutup Citi.
Sementara itu, analis Deutsche Bank yang dipimpin oleh Jim Reid mengatakan bahwa ada kemungkinan bahwa aliran gas Rusia kembali normal setelah pemeliharaan turbin di jalur pipa Nord Stream selesai. Namun, semuanya masih belum pasti.
"Agak membingungkan apakah ini akan menjadi pembatasan pasokan yang singkat sementara turbin yang diperbaiki kembali online, atau apakah dokumen tidak akan pernah bisa diselesaikan, dan kita hidup dengan hanya 20% pasokan untuk waktu yang cukup lama," tuturnya.
Mereka pun menilai pengurangan konsumsi gas sebesar 15% mungkin sulit diterapkan secara riil.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rusia Tutup Sementara Pipa Nord Stream 1, Eropa Was-was