
'Kiamat' Susu Mengancam, Peternak Sapi Minta Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) memicu penurunan produksi susu hingga 30-40%. Selain populasi sapi perah menyusut karena mati akibat PMK. Juga, terinfeksi virus PMK membuat kemampuan produksi susu sapi perah anjlok hingga 80%.
Untuk itu, peternak sapi meminta pemerintah mempersiapkan strategi, untuk mengompensasi penyusutan sapi perah akibat PMK.
"Yang terjadi saat ini memang ada depopulasi tinggi, kondisinya cukup parah. Memang kelihatannya harus menambah populasi. Dengan mengimpor sapi betina, pedet atau bunting 7-9 bulan. Tapi, tidak sekarang, nanti kalau kondisinya sudah membaik," kata Ketua Umum Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Dedi Setiadi kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (27/7/2022).
Dia menambahkan, pemerintah harus membantu peternak dengan memberikan subsidi.
"Pemerintah yang impor tapi jual ke peternak dengan harga lokal, dengan harga subsidi. Kalau harga di luar kan itu sudah Rp40-50 an juta. Nah, dijual ke kami dengan harga dalam negeri," ujar Dedi.
Sementara itu, katanya, GKSI tengah melakukan pendataan untuk menghitung kerugian peternak akibat PMK.
"Kami sedang mendata, berapa kerugian peternak sapi perah. Sambil menunggu eksekusi pemerintah untuk memberikan subsidi bagi peternak yang kena dampak PMK. Kami sedang melengkapi datanya, untuk bisa diajukan sebagai penerima kompensasi atas PMK ini," ujarnya.
Seperti diketahui, pemerintah berencana memberikan kompensasi Rp10 juta untuk peternak yang terkena dampak PMK. Sebelumnya, Satgas Penanganan PMK menyebutkan, aturan untuk pemberian kompensasi itu dijadwalkan terbit pekan lalu. Hanya saja, hingga saat ini, belum ada regulasi yang ditetapkan pemerintah.
"Harga sapi itu kan Rp20-25 juta. Kalau dapat kompensasi Rp10 juta pun sudah Alhamdulilah. Karena kalau sapi itu dipotong paksa, kadang cuma dapat bayaran Rp1 juta," kata Dedi.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article DPR Cecar Kementan Soal Nasib Sapi Kena Penyakit Mulut & Kuku