Hati-hati! China Kini Ancaman Bagi Ekonomi RI

Maesaroh, CNBC Indonesia
27 July 2022 13:15
Seorang petugas polisi berjaga di dekat bendera Indonesia dan China di depan Gerbang Tiananmen, saat Presiden Indonesia Joko Widodo mengunjungi Beijing, China 25 Juli 2022. (REUTERS/CARLOS GARCIA RAWLINS)
Foto: Seorang petugas polisi berjaga di dekat bendera Indonesia dan China di depan Gerbang Tiananmen, saat Presiden Indonesia Joko Widodo mengunjungi Beijing, China 25 Juli 2022. (REUTERS/CARLOS GARCIA RAWLINS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi Indonesia diperkirakan masih tumbuh 5,3% pada tahun ini. Namun, Indonesia tidak bisa berleha-leha karena laju ekonomi domestik bisa sangat terdampak oleh pergerakan ekonomi China.

Laporan terbaru IMF World Economic Outlook International: Gloomy and More Uncertain, menyebutkan pertumbuhan ekonomi China akan menjadi faktor utama pendorong ataupun yang memperlambat ekonomi emerging market dan negara berkembang di Asia seperti Indonesia.

IMF telah merevisi pertumbuhan ekonomi untuk emerging market dan negara berkembang Asia menjadi 4,6% pada tahun ini. Proyeksi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan pada April lalu yang tercatat 5,4%. 

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri hanya direvisi tipis menjadi 5,3% dari semula 5,4%.

Pertumbuhan ekonomi China direvisi tajam menjadi 3,3% untuk tahun ini, dari 4,4% saat proyeksi April lalu. Jika benar, maka pertumbuhan tersebut akan menjadi yang terendah dalam 40 tahun terakhir, dengan pengecualian pada tahun pertama pandemi 2020.

Sebagai catatan, ekonomi Negara Tirai Bambu hanya tumbuh 0,4% pada kuartal II-2022, merosot dibandingkan 4,8% yang tercatat pada kuartal I-2022.

"Revisi yang tajam pertumbuhan emerging market dan negara berkembang terutama disebabkan karena melambatnya ekonomi China," tutur IMF dalam laporannya.

IMF menjelaskan ekonomi China anjlok pada tahun ini karena lockdown serta kebijakan zero Covid-19 strategy yang dianut Beijing. Shanghai yang merupakan pusat bisnis di China harus menjalani lockdown ketat selama dua bulan pada April-Mei 2022.

"Krisis sektor properti China juga memperburuk penjualan real estate dan investasi," tutur IMF.

Lockdown di China tidak hanya berdampak kepada Negara Panda. Sebagai produsen terbesar di dunia, lockdown di China ikut mengganggu rantai pasok global. Permintaan China kepada negara mitra dagang mereka ikut melemah sehingga negara tersebut ikut melandai ekspor dan pertumbuhan ekonominya.

"Berlanjutnya perlambatan ekonomi China akan berdampak besar terhadap perekonomian global. Misalnya, pengetatan pasokan akan melambungkan harga pangan dunia," tulis IMF.

Senada dengan IMF, ekonom Sucor Sekuritas Ahmad Mikail Samuel mengatakan ekonomi Indonesia bisa ikut melambat akibat melemahnya pertumbuhan ekonomi di China, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

"Kemungkinan besar ekonomi Indonesia bisa melambat di semester II-2022. (Ekonomi) Indonesia bisa tumbuh 4,5% di kuartal IV- 2022. Secara total ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,0% tahun ini atau di bawah target Kementerian Keuangan," tutur Ahmad Mikail kepada CNBC Indonesia.

China adalah mitra dagang terbesar bagi Indonesia dan salah satu investor utama di Tanah Air. Sepanjang semester I-2022, ekspor non-migas Indonesia ke China mencapai US$ 27,89 miliar atau 21% dari total.

Sementara itu, investasi asing dari China  di Indonesia melonjak hampir empat kali lipat pada kuartal II-2022 dan menembus US$ 2,3 miliar atau melonjak 260% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Ahmad Mikail menambahkan
Indonesia secara umum masih terbantu tingginya harga batu bara, kelapa sawit mentah, serta nikel yang kemungkinan akan menjaga ekonomi Indonesia tetap tumbuh seandainya Uni Eropa dan AS masuk resesi pada kuartal I-2023.

Selain perlambatan ekonomi China, IMF menulis laju ekonomi emerging market dan negara berkembang akan sangat ditentukan oleh kebijakan moneter ketat di negara maju.

Bank-bank sentral negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, Australia, dan Inggris telah menaikkan suku bunga acuan untuk memerangi inflasi. Langkah bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan juga membuat dollar AS perkasa karena aliran modal lari ke AS. Kondisi ini membuat mata uang emerging market seperti rupiah terpuruk.

IMF mengingatkan kenaikan suku bunga membuat ongkos pinjaman akan naik. Sementara itu, penguatan dollar AS membuat arus modal asing keluar makin kencang dan melambungkan barang impor.

Lonjakan inflasi akibat perang Rusia-Ukraina juga menjadi tantangan besar emerging market dan negara berkembang seperti Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Banyak Negara Bisa Gagal Bayar Utang Ke China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular