Seperti BI, Bank Sentral Jepang Ogah Kerek Suku Bunga Acuan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 July 2022 12:25
Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) merilis notula rapat kebijakan moneter edisi Juli hari ini. Rilis tersebut menunjukkan para anggota dewan masih 'ogah' untuk menaikkan suku bunga.

Anggota Dewan BoJ mengatakan perekonomian Jepang berada pada jalur pemulihan dari dampak pandemi penyakit akibat virus corona (covid-19), tetapi masih membutuhkan dukungan besar dari sisi finansial akibat tekanan dari kenaikan harga komoditas.

Bank sentral pimpinan Haruhikko Kuroda mempertahankan suku bunga sebesar minus (-) 0,1%, dan yield curve control (YCC), dimana obligasi tenor 10 tahun imbal hasilnya dijaga dekat 0%.

Dengan kebijakan YCC, ketika imbal hasil obligasi tenor 10 tahun menjauhi 0%, maka BoJ akan melakukan pembelian. Artinya, "menyuntikkan" likuiditas ke perekonomian.

Namun, dampaknya nilai tukar yen jeblok hingga lebih dari 18% melawan dolar Amerika Serikat (AS) di tahun ini. Maklum saja, bank sentral AS (The Fed) sangat agresif dalam menaikkan suku bunga.

Jebloknya nilai tukar yen tersebut juga menjadi perhatian BoJ.

"Para anggota dewan sepakat perlu memperhatikan perkembangan di pasar finansial dan pasar mata uang serta dampaknya ke perekonomian serta inflasi," tulis notula tersebut.

BoJ menaikkan proyeksi inflasi inti untuk tahun fiskal yang berakhir Maret 2023 menjadi 2,3% dari sebelumnya 1,9%. Artinya, inflasi tersebut sudah mencapai target 2%, dan ada kemungkinan BoJ akan mulai menormalisasi kebijakannya di tahun depan.

Langkah BoJ mempertahankan suku bunganya sama dengan Bank Indonesia (BI). Pada pekan lalu BI masih mempertahankan suku bunga acuan di rekor terendah sepanjang sejarah 3,5%.

"Rapat Dewan Gubernur Juli 2022 memutuskan mempertahankan BI 7- Day Reverse Repo rate (BI 7-DRR) pada level 3,5%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (21/7/2022).

Sementara itu suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%. BI sudah 18 bulan mempertahankan suku bunga.
BI sudah 18 bulan mempertahankan suku bunganya.

Sama dengan yen, rupiah juga melemah melawan dolar AS tahun ini tetapi tidak parah. Sepanjang tahun ini pelemahanya sekitar 5%, dan saat ini sudah kembali ke bawah Rp 15.000/US$.

Meski mempertahankan suku bunga, BI juga melakukan pengetatan moneter dengan menyerap likuiditas yang membuat rupiah lebih stabil. BI mengerek Giro Wajib Minimum (GWM) secara bertahap hingga September nanti, mendorong kenaikan suku bunga antar bank tenor satu pekan ke atas, serta melakukan penjualan Surat Berharga Negara (SBN).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Inflasi Lewati Target, Bank Sentral Jepang Kerek Suku Bunga?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular