
Ini Fakta 'Ngeri' Cacar Monyet yang Kini Bersatus Darurat

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi mengumumkan wabah cacar monyet atau monkeypox sebagai darurat kesehatan global dengan level alarm tinggi.
Dalam konferensi pers Sabtu (23/7/2022) waktu setempat, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengemukakan wabah ini telah menyebar di lebih dari 70 negara. Situasi tersebut merupakan keadaan luar biasa yang memenuhi syarat sebagai keadaan darurat kesehatan global.
"Saya telah memutuskan bahwa wabah #monkeyprox global merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional," kata Tedros, seperti dikutip Minggu (24/7/2022).
Lalu apa sebenarnya penyakit cacar monyet dan kenapa ini jadi ancaman kesehatan baru? Berikut adalah fakta-faktanya, mengutip dari berbagai sumber:
Awalnya penyakit endemik di Afrika
Cacar monyet adalah penyakit zoonosis virus yang terjadi terutama di daerah hutan hujan tropis di Afrika tengah dan barat. Namun, cacar monyet kini tak lagi menjadi penyakit endemik di kawasan tersebut. Dalam beberapa bulan terakhir, cacar monyet menyebar dengan cepat di lebih dari 40 negara di luar Afrika. Ini merupakan kejadian yang tidak biasa.
WHO juga mengatakan telah menghapus perbedaan antara negara-negara endemik dan non-endemik untuk penyakit cacar monyet demi menghindari stigma dan rasisme.
Merupakan penyakit langka
Cacar monyet merupakan penyakit langka yang dipicu oleh virus monkeypox. Penyakit ini biasanya dimulai dengan gejala yang mirip dengan flu, termasuk demam, sakit kepala, nyeri otot, kedinginan, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala tersebut kemudian berkembang menjadi ruam menyakitkan yang dapat menyebar ke seluruh tubuh.
Namun, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat melaporkan beberapa kasus cacar monyet baru-baru ini di AS telah menyimpang dari pola umum. Di beberapa pasien, ruam menyebabkan nyeri pada anus dan rektum, peradangan yang menyakitkan pada lapisan rektum (proctitis), dan sensasi harus buang air besar saat usus kosong (tenesmus).
Diduga berasal dari bangkai kera dan tikus
Kepala divisi kesehatan Sankuru di Kongo, Dr Aime Alongo, mengatakan bertahannya penyakit cacar monyet di Kongo adalah karena masyarakatnya doyan mengonsumsi kera dan tikus mati.
"Warga masuk ke hutan, mengambil bangkai kera, kelelawar, dan tikus yang menjadi reservoir cacar monyet," kata pejabat tersebut, dikutip dari Washington Post.