Internasional

Bukan Putin, Presiden Ini Akui Pimpin Negara Secara Otoriter

luc, CNBC Indonesia
Jumat, 22/07/2022 13:52 WIB
Foto: Demo menuntut Presiden Alexander Lukashenko turun di Belarusia , Minsk, Sabtu (19/9). (AP Photo/TUT.by)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengakui bahwa ia menjalankan negara secara otoriter. Namun, dia mengeklaim tidak ada tahanan politik di negaranya yang terisolasi.

"Ya, sistem kekuasaan kita lebih keras. Saya bahkan tidak mengesampingkan kata 'otoriter'," kata Lukashenko kepada AFP, dikutip Jumat (22/7/2022).

Hal tersebut berlawanan dengan data kelompok hak asasi Belarusia Viasna yang mengatakan negara itu saat ini memiliki 1.259 tahanan politik.


Namun, hal tersebut dibantah oleh Lukashenko. Menurutnya, tidak seorang pun dari oposisi politik yang dipenjara.

Mantan direktur pertanian negara Soviet, yang telah memerintah Belarusia sejak 1994 itu, berusaha menggambarkan semua penentangan terhadap pemerintahannya sebagai plot yang didukung Barat.

Dia mengecam warga Belarusia yang mengambil bagian dalam protes bersejarah terhadap pemilihannya kembali yang kontroversial pada tahun 2020.

"Orang-orang ini berbicara menentang negara. Bukan melawan pihak berwenang ... melawan negara dan bangsa mereka sendiri," katanya.

Sebelumnya, pemimpin berusia 67 tahun itu membubarkan demonstrasi dengan bantuan Presiden Rusia Vladimir Putin. Para pemimpin demonstrasi saat ini dipenjara atau diasingkan.

"Saya bukan diktator," desak Lukashenko, sambil mengakui bahwa Belarusia memiliki "elemen otoritarianisme."

Lukashenko juga mengeklaim bahwa dia tidak tahu berapa banyak kritikusnya yang berada di balik jeruji besi.

"Saya bahkan tidak ingat apakah bandit-bandit terkemuka itu, yang mengobarkan pemberontakan ini, jika mereka berada di penjara," katanya.

"Mungkin satu atau dua sudah dihukum," imbuhnya.

Sejak membungkam protes, pihak berwenang Belarusia, dipimpin oleh KGB, memulai tindakan keras yang luas terhadap kantong-kantong oposisi yang tersisa.

Banyak warga Belarusia telah diadili secara tertutup, dengan hampir tidak ada media independen yang tersisa untuk meliput mereka.

Pekan lalu, Katerina Bakhvalova, seorang jurnalis berusia 28 tahun yang meliput protes anti-Lukashenko dan menjalani hukuman dua tahun, diberi tambahan delapan tahun penjara karena "pengkhianatan negara."


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Prabowo Temui Putin, Perkuat Kerja Sama Rusia-Indonesia