Jakarta, CNBC Indonesia - Klaim tunjangan pengangguran Amerika Serikat (AS) dilaporkan meningkat ke level tertinggi sejak delapan bulan terakhir. Kondisi ini menunjukkan beberapa pendinginan di pasar tenaga kerja di tengah kebijakan moneter yang lebih ketat serta tekanan kondisi keuangan.
Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) pada Kamis (21/7/2022) melaporkan tunjangan pengangguran negara mencapai 351.000 untuk pekan yang berakhir 16 Juli. Angka ini mencatatkan total tertinggi sejak 15 Januari 2022.
Klaim pengangguran meningkat karena lebih banyak perusahaan mengumumkan PHK di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi. Tren ini dapat berlanjut karena Federal Reserve meningkatkan perjuangannya melawan inflasi yang merajalela dengan beberapa kenaikan suku bunga terbesar dalam beberapa dekade, yang pada akhirnya dapat mengekang permintaan pekerja.
Di sisi lain, permintaan tenaga kerja tetap cukup kuat. Ada 11,3 juta lowongan pekerjaan pada akhir Mei, dengan hampir dua lowongan pekerjaan untuk setiap orang yang menganggur.
Pada Juni 2022, pertumbuhan pekerjaan di AS bergerak lebih cepat dari yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa pilar utama ekonomi AS tetap kuat meskipun ada kantong-kantong yang mengalami tekanan.
Data pekerjaan di luar sektor pertanian atau non-farm payrolls meningkat 372.000 dalam sebulan, lebih baik dari 250.000 perkiraan Dow Jones dan melanjutkan apa yang telah menjadi tahun yang kuat untuk pertumbuhan pekerjaan, menurut data dari Biro Statistik Tenaga Kerja.
Namun, rilis data mingguan yang terus mengalami tren kenaikan, kemungkinan akan berpengaruh terhadap tingkat pengangguran AS pada Juli 2022.
Indikator resesi lain seperti tingkat pengangguran tak terpenuhi. Pada bulan Juni, tingkat pengangguran AS tetap stabil di 3,6% angka ini tidak berubah dari Mei dan sesuai dengan perkiraan.
Ukuran pengangguran alternatif yang mencakup pekerja yang putus asa dan mereka yang memegang pekerjaan paruh waktu karena alasan ekonomi turun tajam, turun menjadi 6,7% dari 7,1%.
Sementara itu, penghasilan rata-rata per jam meningkat 0,3% untuk bulan Juni dan naik 5,1% dari tahun lalu, angka terakhir sedikit lebih tinggi dari perkiraan Dow Jones 5% dan menunjukkan bahwa tekanan upah tetap kuat karena percepatan inflasi.
Resesi secara luas dianggap terjadi ketika suatu negara mengalami pertumbuhan negatif produk domestik bruto (PDB) dalam dua kuartal berturut-turut.
Pembacaan final pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) tercatat masih mengalami kontraksi alias tumbuh negatif, di tengah inflasi yang meninggi memunculkan tindakan agresif dari bank sentral The Federal Reserve/The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan yang bisa menyebabkan perlambatan ekspansi dan pemulihan.
Namun, Biro Riset Ekonomi Nasional, yang mendefinisikan resesi sebagai penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang tersebar di seluruh perekonomian dan berlangsung lebih dari beberapa bulan, menganggap beberapa bidang kegiatan ekonomi sebagai penanda potensi resesi, termasuk pendapatan pribadi riil, pekerjaan nonfarm payroll, dan produksi industri.
Dengan pendapatan rumah tangga dan tingkat pekerjaan masih tampak dalam kondisi yang baik, maka beberapa ekonom mengatakan resesi 2022 merupakan resesi palsu.
Jika melihat beberapa indikator makro ekonomi AS Seperti aktivitas manufaktur, keyakinan konsumen, tingkat produksi industri menunjukan tren yang melemah.
indeks kepercayaan konsumen (IKK) turun 4,5 poin ke 98,7 pada Juni 2022. Indeks turun ke level terendah sejak Februari 2021.
Secara keseluruhan, penilaian konsumen terhadap kondisi bisnis dan kondisi pasar tenaga kerja saat ini terlihat pesimis.
Kondisi ekonomi AS saat ini memang sedang lesu. Bukan tidak mungkin masih akan berlanjut hingga kuartal berikutnya jika The Fed masih terus agresif dalam kebijakan suku bunganya dan inflasi yang terus memanas.
TIM RISET CNBC INDONESIA