
Muncul Fenomena Naik Pesawat Muter-Muter, Tiket pun 'Meledak'

Jakarta, CNBC Indonesia - Keterbatasan pesawat membuat beberapa rute penerbangan langsung hilang, sehingga penumpang harus transit ke beberapa bandara besar untuk menjangkau satu daerah.
Belum lagi karena penerbangan transit dan harus berhenti di berbagai tempat, penumpang juga harus menebus mahal untuk mendapatkan tiket.
Seperti dari penelusuran CNBC Indonesia dari salah satu platform penjualan tiket pesawat, untuk penerbangan Jakarta-Singapura pada (23/7/2022), hanya terdapat satu penerbangan langsung dari maskapai Garuda dengan harga tiket mahal 7,2 juta.
Sementara untuk mendapatkan harga tiket yang lebih murah di kisaran Rp 2,3 - 3 juta harus melakukan transit di Kuala Lumpur, Malaysia.
Begitu juga dengan perjalanan Jakarta - Sydney pada waktu penerbangan yang sama, tidak ada penerbangan langsung. Dan harus ditempuh dalam waktu dua hari dengan perjalanan transit di Bali dan Singapura.
Adapun harga tiket yang harus ditebus juga fantastis mencapai Rp 19,2 juta untuk penerbangan kelas ekonomi.
Begitu juga dengan penerbangan Jakarta - Melbourne harus ditebus mahal dengan harga Rp 10,4 juta pada periode waktu yang sama. Penumpang juga harus transit di Bali.
Sementara untuk penerbangan Jakarta - Auckland, New Zealand juga harus ditebus hingga Rp 26 juta, dengan lama penerbangan 26 jam, karena harus transit di Singapura dan Christchurch.
Rute Domestik
Sama halnya dengan perjalanan internasional, di rute domestik juga banyak penumpang harus menjalani perjalanan transit untuk menjangkau satu daerah.
Seperti dari Medan ke Lampung tidak ada lagi penerbangan langsung, harus transit di Bandara Soekarno Hatta. Itupun harga tiket yang harus ditebus cukup mahal mencapai Rp 2,3 - Rp 3,1 juta.
Begitu juga untuk penerbangan Jakarta - Bandung via Bandara Husein Sastranegara juga kini tidak ada lagi penerbangan langsung. Harus terbang melambung ke Surabaya dan Yogyakarta untuk menuju kota kembang. Harga tiket pun harus ditebus mahal mencapai Rp 3,6 juta dengan lama perjalanan 5 jam 20 menit.
Lampung - Yogyakarta juga terpantau tidak ada penerbangan langsung, dimana harus transit di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng. Penumpang pun harus menghabiskan waktu penerbangan hingga 4,5 jam dengan harga tiket termurah Rp 2,1 juta.
Termasuk rute Jakarta - Labuan Bajo, Nusa Tenggara Barat juga harus transit di Surabaya dengan harga tiket termurah Rp 2,6 juta.
Sementara untuk beberapa rute penerbangan lainnya pada periode keberangkatan yang sama, dari penelusuran CNBC Indonesia Jakarta-Purbalingga, Jakarta-Jember terpantau tidak ada jadwal penerbangan. Begitu juga untuk rute penerbangan Lampung-Medan.
Hal ini disebabkan 'krisis pesawat' atau pengurangan jumlah armada pada masa pandemi. Dimana armada pesawat yang tersisa per Mei lalu hanya 350 unit dari 550 unit, menurut data Kementerian Perhubungan. Sehingga maskapai juga hanya selektif menjalankan rute-rute yang berpotensi ramai penumpang.
"Rute yang hilang juga karena jumlah pesawat yang berkurang, begitu juga jam operasional bandara yang dikurangi. kalau dulu pesawat bisa dipakai beberapa rute, tapi karena operasional bandara dikurangi menyebabkan beberapa rute berkurang," kata Pengamat Penerbangan Gatot Raharjo kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.
Selain itu melonjaknya harga avtur yang mencapai dua kali lipat dari tahun lalu, juga membuat ongkos penerbangan jadi lebih tinggi. Melihat biaya bahan bakar memegang porsi 30% untuk ongkos penerbangan.
Sehingga Jika pelayanan dilakukan dalam kondisi penumpang sepi maka maskapai akan mengalami kerugian. Sehingga maskapai memilih untuk menjalankan rute-rute yang gemuk.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ternyata Harga Tiket Terbang Juga Gegara 'Kiamat' Pesawat
