RI Butuh Modal Rp389 T Amankan 1 Juta Barel Minyak di 2030

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
19 July 2022 14:33
Malacca Strait PSC, doc.EMP
Foto: Malacca Strait PSC, doc.EMP

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan tren investasi untuk sektor hulu migas dalam beberapa tahun mendatang cukup menantang. Padahal untuk mencapai target 1 juta barel minyak per hari (bph) dan gas sebesar 12 miliar kaki kubik per hari bscfd di 2030 butuh investasi miliaran dollar.

Plt. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Mohammad Kemal mengatakan bahwa tren investasi untuk sektor energi baru terbarukan diperkirakan akan meningkat. Hal tersebut seiring dengan kebijakan global yang mulai serius melakukan transisi ke energi bersih.

Sedangkan tren investasi migas akan sedikit banyak mengalami progres yang stagnan. Kondisi ini diperparah lagi bahwa tidak semua perbankan mau memberikan pinjaman untuk mendanai proyek migas.

Sementara, menurut Kemal untuk mencapai target 1 juta barel minyak per hari (bph) dan gas sebesar 12 miliar kaki kubik per hari (bscfd) di tahun 2030, paling tidak investasi yang diperlukan dapat mencapai US$ 20 miliar hingga pada puncaknya US$ 26 miliar atau Rp 389 triliun (kurs Rupiah Rp 14.973 per US$).

"Investasi kita makin sulit daya tariknya sehingga kita harus bersaing. Mau gak mau yang namanya low carbon inisiatif jadi keharusan," kata dia dalam Sharing Session dan Edukasi Media Industri Hulu Migas, Selasa di Tangerang, Selasa (19/7/2022).

Selain itu, yang berdampak jangka panjang bagi pengembangan proyek migas adalah dengan adanya produksi shale oil di Amerika Serikat (AS) yang membuat pasokan menjadi over suplai dan ditambah dengan rencana Arab Saudi yang akan meningkatkan kapasitas produksinya hingga 13 juta barel per hari.

"Ini jadi tantangan buat kita, akhirnya perusahaan minyak mau berinvestasi yang memberikan keekonomian yang baik buat mereka," ujarnya.

Sebelumnya Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menyampaikan bahwa investasi hulu migas sejak periode 2017 hingga 2021 relatif stagnan. Pasalnya, realisasi investasi hanya berkisar di level US$ 10-an miliar.

"Investasi kami sampaikan data 2017-2021 masih cenderung stagnan rata rata US$ 10-an miliar. Tahun ini kita canangkan US$ 13,2 miliar harapannya memang terjadi lonjakan," kata dia dalam diskusi secara virtual, Rabu (13/4/2022).

Julius mengakui bahwa dalam dua tahun terakhir ini target investasi hulu migas memang agak cukup berat untuk direalisasikan. Hal tersebut terjadi lantaran adanya pandemi covid-19 ditambah dengan arah kebijakan perusahaan migas dunia yang mulai mengurangi investasinya.

"KKKS ExxonMobil, Shell, ENI dan bahkan juga Pertamina beberapa waktu lalu untuk memangkas capex dan opex nah ini impaknya membuat efek domino," katanya.

Selain itu, tantangan lain dalam industri hulu migas yakni adanya target net zero emissions di sektor energi pada tahun 2050, kemudian daya tarik fiskal yang sedikit menurun. Namun demikian kebutuhan minyak bumi dunia diprediksi akan terus tumbuh.

Adapun berdasarkan data SKK Migas, realisasi investasi hulu migas pada 2017 hanya mencapai US$ 10,3 miliar, 2018 tercatat hanya US$ 10,9 miliar, 2019 tercatat US$ 11,7 miliar, 2020 tercatat US$ 10,5 miliar, 2021 sebesar US$ 10,09 miliar.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BOS SKK Migas Ungkap Target 1 Juta Barel Makin Berat, Kenapa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular