
Waduh, Gazprom Tak Jamin Pasokan Gas ke Eropa Kembali Normal

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan gas Rusia Gazprom mengatakan bahwa pihaknya tidak dapat menjamin aliran pasokan ke Eropa karena keadaan 'luar biasa'. Hal ini dilontarkan saat Benua Biru dan sekutu Barat lainnya masih menerapkan sanksi terhadap Moskow akibat serangannya ke Ukraina.
Gazprom mengatakan dalam sebuah surat tertanggal 14 Juli bahwa mereka secara surut menyatakan force majeure pada pasokan mulai 14 Juni. Force majeure sendiri merupakan suatu kondisi ekstrem di luar kendali yang membebaskan suatu pihak dari kewajiban hukum mereka
Berita itu muncul ketika Nord Stream 1, pipa utama yang mengirimkan gas Rusia ke Jerman dan sekitarnya, menjalani kegiatan pemeliharaan. Rencananya, kegiatan itu akan selesai pada Kamis (21/7/2022).
Namun, surat itu juga menambahkan bahwa setelah pemeliharaan perusahaan plat merah Rusia itu kemungkinan masih tidak dapat mengaliri gas ke Eropa. Ini dikarenakan turbin pipa itu yang masih tertahan di Kanada setelah reparasi menyusul sanksi Barat.
Analis menganggap bahwa ini merupakan pertanda yang buruk bagi pasokan energi di Eropa. Diketahui hampir 40% kebutuhan gas di wilayah itu bergantung dari aliran Moskow.
"Ini terdengar seperti petunjuk pertama bahwa pasokan gas melalui NS1 mungkin tidak akan dilanjutkan setelah pemeliharaan 10 hari berakhir," kata ekonom energi senior di ABN Amro, Hans Van Kleef, kepada Reuters, Senin (18/7/2022).
"Tergantung pada keadaan 'luar biasa' apa yang ada dalam pikiran untuk menyatakan force majeure, dan apakah masalah ini bersifat teknis atau lebih politis, itu bisa berarti langkah selanjutnya dalam eskalasi antara Rusia dan Eropa/Jerman."
Beberapa negara Eropa sendiri seperti Jerman dan Italia menganggap bahwa pemotongan gas ini mengandung unsur politik sebagai balas dendam atas sanksi Barat pada Moskow. Uniper, importir gas Rusia terbesar di Jerman, bahkan mengatakan klaim Gazprom itu sebagai tidak dapat dibenarkan.
Sementara itu, untuk memenuhi pasokan, Benua Biru sendiri masih berlomba untuk mencari pemasok gas baru selain Rusia. Terbaru, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen melakukan perjalanan ke Baku, Azerbaijan, pada Senin untuk mengamankan pasokan gas dari negara pimpinan Presiden Ilham Aliyev itu.
"Di tengah persenjataan pasokan energi Rusia yang berkelanjutan, diversifikasi impor energi kami adalah prioritas bagi UE," ujar UE dalam akun Twitternya resminya menjelaskan kunjungan itu.
Selain Azerbaijan, ada beberapa negara yang telah didekati benua biru untuk pengamanan pasokan gas yakni AS, Australia, dan Qatar. Bahkan, perusahaan energi raksasa seperti Total telah memperluas investasinya di AS dan Qatar.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rusia Beri Pesan Sadis ke Eropa: "Produk Kami, Aturan Kami"
